JAKARTA. Di tengah kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perlambatan penyaluran kredit, kinerja yang dicatatkan oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (BPD Jateng) cukup baik. Sampai dengan akhir kuartal III, kinerja bisnis khususnya pembiayaan kredit produktif dan konsumtif masih on track. Direktur Utama BPD Jateng Supriyatno bilang, secara historis pada kuartal akhir setiap tahun, kegiatan ekonomi pemerintah daerah akan meningkat. Sejalan dengan itu, kredit produktif BPD Jateng akan meningkat mencapai 30%. "Secara keseluruhan, kredit sampai akhir tahun masih tumbuh di atas rata-rata industri. Kalau industri tumbuh 13%-14%, kami masih tumbuh di 20%," jelas Supriyatno belum lama ini. Untuk Kredit Usaha Produktif (KUP), BPD Jateng bahkan telah menyalurkan kredit sekitar Rp 3,6 miliar. Angka tersebut menurut Supriyatno memang belum besar. Di sektor UMKM, KUP memang sifatnya belum bankable namun feasible lantaran tanpa agunan dan diberikan tingkat suku bunga yang lumayan rendah. "Tapi Bupati harus bertanggung jawab terhadap kualitasnya dan ikut mengawasi penyaluran kredit. NPL kami untuk KUP 0%," ucap Supriyatno. Di lain pihak, kata Supriyatno, penyaluran kredit UMKM cukup menggembirakan. Bahkan, salah satu modal bisnis BPD Jateng yakni kredit usaha produktif oleh Kementerian Koperasi rencananya akan dilaporkan ke Presiden untuk dijadikan produk skala nasional bagi semua BPD termasuk juga BRI ikut. Hal ini menjadi kebanggaan bagi BPD Jateng. Untuk meningkatkan pertumbuhan penyaluran kredit konsumer, BPD Jateng memiliki strategi seperti menurunkan tingkat bunga secara selektif. Sebab, saat BPD Jateng lebih mengutamakan penyaluran kredit konsumsi bagi pelaku usaha ritel yang mendorong ekonomi domestik. Strategi lain, kredit orientasi impor yang tinggi dikurangi oleh perseroan. BPD Jateng membebankan tingkat suku bunga sebesar 13%-14% per tahunnya untuk kredit konsumtif. "Yang penting jualan kami banyak walau untung sedikit. BPD berbeda karena selain komersil juga harus menjadi agen pembangunan. Kami mendorong kredit yang bisa menciptakan pasar domestik. Dan kami ingin meningkatkan kredit sektor produktif," kata Supriyatno. Selain itu, BPD Jateng juga aktif dalam penyaluran kredit sindikasi. Untuk kredit ini, BPD Jateng turut serta dalam kredit sindikasi untuk jalan tol milik Jasa Marga dan juga listrik milik PLN. Selain itu, BPD Jateng juga turut menyalurkan kredit sindikasi untuk pembangunan jalan tol Cipali. "Kebetulan untuk proyek infrastruktur saat ini banyak pembangunan jalan tol. Kami juga biayai rumah sakit daerah yang butuh pendanaan. Untuk batas maksimum pemberian kredit (BMPK) kredit sindikasi sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar, kami masih sanggup," ujarnya. Asas kehati-hatian masih diterapkan oleh BPD Jateng. Hal ini tercermin pada posisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) secara keseluruhan yang masih di bawah 1%. Berbagai faktor kinerja yang cukup baik itu membuat Bank Jateng optimistis dapat meraih laba hingga akhir tahun yang ditargetkan Rp 1,1 triliun akan dapat tercapai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Jateng optimis laba Rp 1,1 triliun tercapai
JAKARTA. Di tengah kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perlambatan penyaluran kredit, kinerja yang dicatatkan oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (BPD Jateng) cukup baik. Sampai dengan akhir kuartal III, kinerja bisnis khususnya pembiayaan kredit produktif dan konsumtif masih on track. Direktur Utama BPD Jateng Supriyatno bilang, secara historis pada kuartal akhir setiap tahun, kegiatan ekonomi pemerintah daerah akan meningkat. Sejalan dengan itu, kredit produktif BPD Jateng akan meningkat mencapai 30%. "Secara keseluruhan, kredit sampai akhir tahun masih tumbuh di atas rata-rata industri. Kalau industri tumbuh 13%-14%, kami masih tumbuh di 20%," jelas Supriyatno belum lama ini. Untuk Kredit Usaha Produktif (KUP), BPD Jateng bahkan telah menyalurkan kredit sekitar Rp 3,6 miliar. Angka tersebut menurut Supriyatno memang belum besar. Di sektor UMKM, KUP memang sifatnya belum bankable namun feasible lantaran tanpa agunan dan diberikan tingkat suku bunga yang lumayan rendah. "Tapi Bupati harus bertanggung jawab terhadap kualitasnya dan ikut mengawasi penyaluran kredit. NPL kami untuk KUP 0%," ucap Supriyatno. Di lain pihak, kata Supriyatno, penyaluran kredit UMKM cukup menggembirakan. Bahkan, salah satu modal bisnis BPD Jateng yakni kredit usaha produktif oleh Kementerian Koperasi rencananya akan dilaporkan ke Presiden untuk dijadikan produk skala nasional bagi semua BPD termasuk juga BRI ikut. Hal ini menjadi kebanggaan bagi BPD Jateng. Untuk meningkatkan pertumbuhan penyaluran kredit konsumer, BPD Jateng memiliki strategi seperti menurunkan tingkat bunga secara selektif. Sebab, saat BPD Jateng lebih mengutamakan penyaluran kredit konsumsi bagi pelaku usaha ritel yang mendorong ekonomi domestik. Strategi lain, kredit orientasi impor yang tinggi dikurangi oleh perseroan. BPD Jateng membebankan tingkat suku bunga sebesar 13%-14% per tahunnya untuk kredit konsumtif. "Yang penting jualan kami banyak walau untung sedikit. BPD berbeda karena selain komersil juga harus menjadi agen pembangunan. Kami mendorong kredit yang bisa menciptakan pasar domestik. Dan kami ingin meningkatkan kredit sektor produktif," kata Supriyatno. Selain itu, BPD Jateng juga aktif dalam penyaluran kredit sindikasi. Untuk kredit ini, BPD Jateng turut serta dalam kredit sindikasi untuk jalan tol milik Jasa Marga dan juga listrik milik PLN. Selain itu, BPD Jateng juga turut menyalurkan kredit sindikasi untuk pembangunan jalan tol Cipali. "Kebetulan untuk proyek infrastruktur saat ini banyak pembangunan jalan tol. Kami juga biayai rumah sakit daerah yang butuh pendanaan. Untuk batas maksimum pemberian kredit (BMPK) kredit sindikasi sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar, kami masih sanggup," ujarnya. Asas kehati-hatian masih diterapkan oleh BPD Jateng. Hal ini tercermin pada posisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) secara keseluruhan yang masih di bawah 1%. Berbagai faktor kinerja yang cukup baik itu membuat Bank Jateng optimistis dapat meraih laba hingga akhir tahun yang ditargetkan Rp 1,1 triliun akan dapat tercapai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News