KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan bank untuk mencetak laba kini tengah terganggu. Penyebabnya, tak lain dari ekonomi yang masih belum stabil akibat pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari posisi
return on asset (ROA) perbankan yang terus menyusut. Sederhananya, ROA adalah rasio yang dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber daya atau aset perusahaan. Data OJK menunjukkan, ROA secara industri per Mei 2020 ada di level 2,08%. Posisi ini lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Kalau dirinci, hanya kelompok Bank BUKU IV yang punya ROA di atas 2%, persisnya 2,4%. Sedangkan BUKU II dan III di level 1,17% dan 1,75%.
Baca Juga: Walau profitabilitas menurun, bankir masih yakin kinerja bisa tetap terjaga Sementara BUKU I hanya memiliki ROA sebesar 0,96%. Data-data ini mengartikan kalau kemampuan bank dalam mencetak laba memang sedang tidak agresif. Wajar saja, menurut Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma hal itu lebih disebabkan oleh banyaknya restrukturisasi yang dilakukan oleh bank di Indonesia. Bukan cuma itu, pandemi Covid-19 juga membuat risiko kredit semakin tinggi. Dus, bank-bank tidak mau nekat mendorong kredit lantaran bisa menjadi bumerang di kemudian hari. Akan tetapi, beberapa bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id cukup percaya diri bisa menjaga profitabilitas tahun ini. PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) misalnya yang bilang kalau dengan melakukan efisiensi serta penyesuaian strategi bisnis dan anggaran kinerja bank bisa lebih terjaga. Tetapi, Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso tidak menampik kalau saat ini ROA akan terus tertekan. Wajar, hal ini diakibatkan oleh munculnya beban pencadangan, pengakuan beban atas debitur restrukturisasi maupun turunnya potensi debitur baru untuk peningkatan kredit. "Untuk ROA saat ini mengalami tekanan dibandingkan dengan tahun lalu," katanya kepada kontan.co.id, Senin (10/8). Sayangnya, bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki PT Bank Mandiri Tbk ini belum bisa merinci posisi ROA saat ini. Begitu juga dengan PT Bank Mayora yang menuturkan ROA terus menurun. Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij bilang saat ini posisi ROA perseroan masih setara dengan industri. "Penyebabnya adalah terjadi penurunan NIM serta peningkatan NPL pasca pandemi," katanya.
Baca Juga: Wacana merger bank syariah jadi harapan mendorong pembangunan berkelanjutan Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya sudah melakukan efisiensi biaya, menjaga portofolio pinjaman, hingga melakukan pemantauan kredit secara ketat dan tetap membrikan pinjaman secara selektif. Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Daniel Budirahayu juga bilang, ROA tentunya akan terus menurun. Selain disebabkan oleh besarnya restrukturisasi, hal itu juga dipicu oleh pendapatan bunga yang menurun. "Strategi kami efisiensi di segala bidang selain meningkatkan
fee based income," katanya. Bentuk-bentuk efisiensi yang sudah dilakukan perseroan semisal menunda rencana pembukaan kantor sampai mengurangi kebutuhan pelatihan SDM. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi