Bank kecil catat kenaikan NPL di kuartal III-2018, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank kecil dan menengah mencatat kenaikan rasio non performing loan (NPL) pada kuartal III 2018.

Beberapa bank menilai, kenaikan rasio kredit bermasalah menjelang akhir tahun masih terbilang wajar. Kenaikan NPL ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang melesat.

PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) misalnya, sampai kuartal III 2018 NPL Bank Sahabat Sampoerna berada di level 4%. NPL ini naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 3,75%.


Direktur Keuangan BSS Henky Suryaputra menyebutkan dalam kondisi ekonomi seperti ini kenaikan NPL tidak dapat dihindarkan. Namun, Henky memastikan kenaikan NPL tersebut sudah terekspektasi dan masih wajar. Utamanya, kenaikan NPL berbarengan dengan kredit BSS yang ikut tumbuh sebesar 11% per Agustus 2018.

"Memang NPL BSS naik dibandingkan tahun lalu, tetapi dikarenakan faktor makro saja. Kami bisa melihat keadaan ekonomi masih belum pulih walaupun membaik dibandingkan tahun lalu," tuturnya kepada Kontan.co.id, Jumat (12/10).

Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan tingkat NPL, BSS sudah merestrukturisasi dan penagihan secara berkala.

Harapannya, pada akhir tahun 2018 pihaknya dapat menjaga NPL kembali stabil seperti posisi akhir 2017 yakni di level 2,9%. "Itu hanya salah satunya (restrukturisasi dan penagihan) banyak usaha-usaha yang bisa dilakukan. NPL tetap akan diusahakan flat seperti tahun lalu," tambahnya.

Tak hanya BSS, bank kecil lain yang dihubungi Kontan.co.id, Kamis (11/10) lalu juga mengakui NPL-nya juga meningkat. Misalnya saja PT Bank Mayora yang mencatatkan NPL di kuartal III 2018 sebesar 2,72% secara net. Bila dibandingkan dengan posisi pada periode tahun sebelumnya, NPL Bank Mayora naik sebanyak 70 basis poin (bps) dari level 2,02% secara net.

PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (BWS) juga mencatatkan kenaikan NPL pada kuartal III-2018. Tim Manajemen dan Analis BWS Rully Nova menjelaskan per triwulan III-2018 NPL BWS berada di level 2,57%.

Bila dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu, NPL tersebut naik dari posisi 1,42% atau sebanyak 115 bps. 

Menurut Rully yang masih akan menjadi tantangan bagi BWS tahun ini antara lain berasal dari dua segmen yakni korporasi dan multifinance.

Kendati demikian, hingga akhir tahun BWS menargetkan mampu menjaga NPL di bawah level 2%. Sementara itu, bank menengah yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) justru mencatatkan perbaikan NPL di kuartal III-2018.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menyebutkan per Agustus 2018 NPL Bank Jatim ada di level 4,31%. Posisi tersebut sudah lebih rendah dari posisi bulan Agustus 2017 lalu yang sempat mencapai 4,86%. "NPL per Agustus 2018 4,31% tahun lalu 4,86% per Agustus 2017," katanya.

Menurut Ferdi, sapaan akrab Ferdian, tahun ini pihaknya akan berusaha menjaga NPL terjaga di bawah 4%. Sebabnya, pada tahun 2018 sebenarnya bank bersandi emiten bursa BJTM ini mematok NPL di level 4,34%.

Pada Agustus 2018 target tersebut praktis sudah terlampaui. "Target kita 4,34% sudah tercapai. Harapannya di bawah 4% akhir tahun," jelasnya.

Sektor kredit yang paling banyak menyumbang NPL Bank Jatim di kuartal III-2018 antara lain sektor listrik, gas dan air. Catatan Ferdi, per Agustus 2018 8,78%.

Rata-rata kredit macet tersebut berhubungan dengan proyek-proyek pembangkit listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Namun hal ini masih dianggap wajar, lantaran sejumlah debitur termasuk PLN memang tengah merekalkulasi ulang sejumlah proyek lantaran penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Alhasil, beberapa proyek terpaksa berhenti hingga penghitungan selesai.

Secara jangka panjang, bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini bakal mematok NPL listrik, gas dan air di bawah 5% pada akhir tahun 2019 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi