JAKARTA. Kelompok bank kecil mencatat pertumbuhan mungil di paruh pertama tahun ini. Alhasil, bankir harus mencari cara untuk meningkatkan penyaluran kredit di semester kedua ini agar tak mengulang pertumbuhan kredit satu digit. Salah satu obat untuk mendongkrak kredit bank kecil adalah menyalurkan kredit ke infrastruktur dan sektor penunjang. Karena sektor ini tengah menyedot permintaan kredit untuk pembangunan proyek infrastruktur. Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan, pihaknya berencana terjun ke sektor infrastruktur di semester II-2017. Hanya saja, bank milik taipan Jogi Hendra ini baru akan menyasar ke sektor penunjang infrastruktur.
"Dana kami tidak cukup untuk membiayai infrastruktur yang membutuhkan dana besar sehingga kami akan masuk di sektor penunjangnya," jelas Irfanto kepada KONTAN, Rabu (2/8). Sektor ini sesuai dengan segmentasi pembiayaan kredit komersial atau menengah. Bank Mayora kemungkinan akan masuk ke sektor besi baja sebagai pendukung infrastruktur dan penjajakan kredit sindikasi infrastruktur. Harapannya, sektor ini dapat mencapai target kredit Rp 600 miliar atau tumbuh 16% hingga akhir tahun ini. Di semester I 2017 lalu, kredit Bank Mayora turun 4,94% menjadi Rp 3,46 triliun. Bank Dinar Indonesia juga mengincar penyaluran kredit ke infrastruktur penunjang yang terkait dengan perdagangan. Bank berkode saham DNAR ini akan membiayai suppier besi baja, pasir, dan pengangkutan bahan bangun hingga ke toko bangunan. Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie mengatakan, porsi kredit ke penunjang infrastruktur bertambah. Saat ini pendukung infrastruktur menyumbang 25,49% terhadap total kredit Bank Dinar Rp 1,33 triliun per semester I-2017 dari sebelumnya porsi kredit 15% di akhir 2016. Lebih lanjut, bank milik APRO Financial Co.Ltd ini akan menjaga porsi kredit ke subsektor infrastruktur sebesar 20%. Bank Dinar akan mengandalkan debitur lama untuk mempertahankan posisi kredit penunjang infrastruktur. Bank Dinar akan lebih rajin ke pasar mencari calon debitur.
Bank Dinar menargetkan kredit tumbuh 16% atau mencapai Rp 1,55 triliun di akhir tahun ini. Lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan kredit sebesar 5,5% atau senilai mencapai Rp 1,33 triliun di semester I-2017. Sedikit berbeda, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Edy Kuntardjo menyampaikan, pihaknya belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memasuki sektor infrastruktur. Menurutnya, meski sektor infrastruktur mencatat pertumbuhan tinggi, namun sektor ini bergantung dari dana pemerintah. "Kami tidak punya pengalaman di pembiayaan penunjang infrastruktur. Di samping itu, ada kekhawatiran arus kas tidak lancar bila (proyek) pemerintah molor karena keterbatasan APBN," kata Edy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati