KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya persaingan perebutan dana pihak ketiga (DPK) membuat bank kecil kewalahan. Apalagi sejak tahun lalu hingga tahun ini pemerintah gemar menerbitkan surat berharga negara (SBN) yang memiliki bunga yang lebih menarik dibandingkan depsito perbankan. Oleh sebab itu, investor lebih memilih SBN dibandingkan deposito. Salah satu bank BUKU II, PT Bank Maspion Indonesia Tbk merasakan sengitnya perebutan dana untuk memenuhi likuditas bank. Direktur Utama Bank Maspion Herman Halim menyatakan perebutan DPK tidak hanya terjadi antara bank besar dan bank kecil, tapi juga antara bank dengan pemerintah dalam hal ini SBN. Ke depannya ia menyebut rebutan dana dengan surat utang pemerintah harus diatur. "Di satu sisi perbankan harus memperbaiki neraca dengan kredit jadi membutuhkan dana. Harapannya dapat kembali normal, sebab persaingan tidak sehat menaikkan suku bunga dapat mempengaruhi margin," ujar Herman kepada Kontan.co.id baru-baru ini.
Bank kecil keluhkan persaingan berebut DPK yang makin ketat dengan SBN
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya persaingan perebutan dana pihak ketiga (DPK) membuat bank kecil kewalahan. Apalagi sejak tahun lalu hingga tahun ini pemerintah gemar menerbitkan surat berharga negara (SBN) yang memiliki bunga yang lebih menarik dibandingkan depsito perbankan. Oleh sebab itu, investor lebih memilih SBN dibandingkan deposito. Salah satu bank BUKU II, PT Bank Maspion Indonesia Tbk merasakan sengitnya perebutan dana untuk memenuhi likuditas bank. Direktur Utama Bank Maspion Herman Halim menyatakan perebutan DPK tidak hanya terjadi antara bank besar dan bank kecil, tapi juga antara bank dengan pemerintah dalam hal ini SBN. Ke depannya ia menyebut rebutan dana dengan surat utang pemerintah harus diatur. "Di satu sisi perbankan harus memperbaiki neraca dengan kredit jadi membutuhkan dana. Harapannya dapat kembali normal, sebab persaingan tidak sehat menaikkan suku bunga dapat mempengaruhi margin," ujar Herman kepada Kontan.co.id baru-baru ini.