JAKARTA. Dalam urusan mencetak laba, Bank Rakyat Indonesia (BRI) kembali menunjukkan dominasi. Bank beraset terbesar kedua ini membukukan laba bersih Rp 11,472 triliun, melonjak 56,98% dibanding laba bersihnya di 2009. Pesaing terdekat nya, Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA), hanya mencatat kenaikan laba masing-masing 28,8% dan 24,6%.Ada tiga penopang naiknya laba bersih BRI. Pertama, peningkatan penyaluran kredit sebesar 20,16% menjadi Rp 246,96 triliun. Kedua, kenaikan fee based income atau pendapatan nonbunga sebesar 66,67% menjadi Rp 5,5 triliun.Ketiga, kenaikan margin bunga bersih atau net interest margin atau (NIM). Di tahun 2010, NIM BRI meningkat menjadi 10,77% dari sebelumnya 9,14%. Tingkat margin bunga bersih yang tinggi membuat BRI terindikasi sebagai bank yang bunga kreditnya masih tinggi.Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, berkata, kenaikan NIM merupakan dampak penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50/55. Metode baru ini mengharuskan semua kredit berbunga flat harus dihitung kembali dengan menggunakan bunga kredit efektif. Bunga kredit flat harus ditambahkan biaya-biaya bank untuk menyalurkan kredit tersebut. "Hal ini membuat spread lebih tinggi dan menambah pendapatan bunga," ujar Baiquni.Selain itu, NIM meningkat lantaran BRI berhasil menekan cost of fund atau biaya dana. Hal ini terlihat dari penurunan beban bunga bersih dari Rp 12,26 triliun turun menjadi Rp 11,73 triliun. "Kami juga menekan BOPO dari 77,66% menjadi 70,86%," terang Baiquni.Tak sesuai harapan BIPerubahan metode penghitungan bunga boleh saja menjadi alasan rasio NIM meningkat. Tapi, jangan lupa, pada dasarnya NIM BRI memang sudah tinggi. Jika tidak menggunakan PSAK 50/55, NIM bank jawara kredit UMKM ini sekitar 9%. Jelas, kenyataan ini tak sesuai harapan Bank Indonesia (BI) yang menginginkan NIM menurun. "Tahun ini kami akan tekan NIM menjadi 8%-9%," janji Sofyan Basir, Direktur Utama BRI.Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), bank dengan rasio NIM tinggi lain, juga menikmati lonjakan laba. Bank milik Texas Pasific Grup (TPG) ini mencetak laba bersih Rp 836,82 miliar, meningkat 98,85% dibanding tahun 2009. NIM BTPB naik dari 12,18% menjadi 13,97%.Arief Harris Tandjung, Direktur Keuangan BTPN, mengatakan, NIM normal BTPN di 12%-13%. Hal tersebut lantaran bunga kredit mikro lebih besar ketimbang bunga kredit lain. "Meski NIM tinggi, kami juga harus menanggung risiko yang tinggi berupa NPL karena masuk di sektor ini. NIM itu normal saja," ujarnya.Mirza Adityaswara, pengamat perbankan mengatakan, tingginya NIM bank yang menyasar kredit UMKM tidak dapat dihindari. Pasalnya, pemain segmen ini masih sedikit. "Kompetisi yang belum banyak itu mengakibatkan yieldnya tinggi," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank keruk laba besar dari kredit UMKM
JAKARTA. Dalam urusan mencetak laba, Bank Rakyat Indonesia (BRI) kembali menunjukkan dominasi. Bank beraset terbesar kedua ini membukukan laba bersih Rp 11,472 triliun, melonjak 56,98% dibanding laba bersihnya di 2009. Pesaing terdekat nya, Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA), hanya mencatat kenaikan laba masing-masing 28,8% dan 24,6%.Ada tiga penopang naiknya laba bersih BRI. Pertama, peningkatan penyaluran kredit sebesar 20,16% menjadi Rp 246,96 triliun. Kedua, kenaikan fee based income atau pendapatan nonbunga sebesar 66,67% menjadi Rp 5,5 triliun.Ketiga, kenaikan margin bunga bersih atau net interest margin atau (NIM). Di tahun 2010, NIM BRI meningkat menjadi 10,77% dari sebelumnya 9,14%. Tingkat margin bunga bersih yang tinggi membuat BRI terindikasi sebagai bank yang bunga kreditnya masih tinggi.Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, berkata, kenaikan NIM merupakan dampak penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50/55. Metode baru ini mengharuskan semua kredit berbunga flat harus dihitung kembali dengan menggunakan bunga kredit efektif. Bunga kredit flat harus ditambahkan biaya-biaya bank untuk menyalurkan kredit tersebut. "Hal ini membuat spread lebih tinggi dan menambah pendapatan bunga," ujar Baiquni.Selain itu, NIM meningkat lantaran BRI berhasil menekan cost of fund atau biaya dana. Hal ini terlihat dari penurunan beban bunga bersih dari Rp 12,26 triliun turun menjadi Rp 11,73 triliun. "Kami juga menekan BOPO dari 77,66% menjadi 70,86%," terang Baiquni.Tak sesuai harapan BIPerubahan metode penghitungan bunga boleh saja menjadi alasan rasio NIM meningkat. Tapi, jangan lupa, pada dasarnya NIM BRI memang sudah tinggi. Jika tidak menggunakan PSAK 50/55, NIM bank jawara kredit UMKM ini sekitar 9%. Jelas, kenyataan ini tak sesuai harapan Bank Indonesia (BI) yang menginginkan NIM menurun. "Tahun ini kami akan tekan NIM menjadi 8%-9%," janji Sofyan Basir, Direktur Utama BRI.Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), bank dengan rasio NIM tinggi lain, juga menikmati lonjakan laba. Bank milik Texas Pasific Grup (TPG) ini mencetak laba bersih Rp 836,82 miliar, meningkat 98,85% dibanding tahun 2009. NIM BTPB naik dari 12,18% menjadi 13,97%.Arief Harris Tandjung, Direktur Keuangan BTPN, mengatakan, NIM normal BTPN di 12%-13%. Hal tersebut lantaran bunga kredit mikro lebih besar ketimbang bunga kredit lain. "Meski NIM tinggi, kami juga harus menanggung risiko yang tinggi berupa NPL karena masuk di sektor ini. NIM itu normal saja," ujarnya.Mirza Adityaswara, pengamat perbankan mengatakan, tingginya NIM bank yang menyasar kredit UMKM tidak dapat dihindari. Pasalnya, pemain segmen ini masih sedikit. "Kompetisi yang belum banyak itu mengakibatkan yieldnya tinggi," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News