Bank kurang manfaatkan transaksi repo untuk kebutuhan likuiditas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank di Indonesia kurang memanfaatkan transaksi repo untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Tercermin dari pasar repo di perbankan Indonesia tidak seaktif di Singapura dan Malaysia.

Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), mencatat, transaksi repo masih kecil. "Nilai transaksi repo antara Rp 800 miliar sampai dengan Rp 1,5 triliun per hari," katanya kepada KONTAN, Kamis (26/7).

Selama ini, BI mengakui ada kendala yang harus diselesaikan untuk meningkatkan pasar repo. Misalnya, beberapa bank menganggap transaksi repo sangat kompleks karena harus ada pengelolaan kolateral.


Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bilang, transaksi repo tergantung dari kondisi likuiditas perbankan. Seandainya, likuiditas cukup maka repo akan sedikit. Sebaliknya, jika likuiditas ketat maka transaksi repo akan naik.

Ke depan, BI dan OJK terus mendorong bank akan aktif di transaksi repo. Lantaran transaksi ini sangat bermanfaat untuk pendalaman pasar uang, pasar obligasi dan efek transmisi kebijakan moneter.

Nah, peran asosiasi seperti, Perhimpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) dan Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC) dibutuhkan untuk menggerakkan repo.

Batara Sianturi, CEO Citibank Indonesia, mengakui, saat ini, volume pasar repo di Indonesia masih rendah dibandingkan asar uang antar bank (PUAB) lending dan borrowing.

Citibank Indonesia optimistis transaksi pasar repo atau penjualan instrumen efek perbankan Indonesia akan semakin aktif. "Tapi transaksi repo menunjukkan peningkatan," terang Batara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie