KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan kini lebih fokus memacu kredit, dibanding menempatkannya pada instrumen investasi seperti Surat Berharga Negara (SBN) maupun menempatkan pada Bank Indonesia. Hal ini sejalan pula dengan likuiditas yang perlahan mulai mengetat, tercermin dari
loan to deposit ratio atau rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang sudah naik. LDR meningkat karena penyaluran kredit tumbuh semakin baik, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh makin mini. Ambil contoh, Bank BRI yang sepanjang 2023 mencatatkan kinerja penyaluran kredit senilai Rp 1.266,4 triliun atau tumbuh 11,2% secara tahunan (
year on year/YoY). Sementara dana yang di tempatkan di SBN dan BI berturut-turut hanya mencapai Rp 305 triliun dan Rp 48 triliun, masing-masing susut sebesar 1,29% dan 11,11% secara YoY.
Adapun Bank Mandiri mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 1.398 triliun, naik 16,3% YoY per Desember 2023. Tercatat penempatan dana Bank Mandiri di SBN susut 2,16% mencapai Rp 16,41 triliun. Sementara, penempatan di Bank Indonesia dan bank lain mencapai Rp 3,22 triliun.
Baca Juga: Sejumlah Bank Tetap Getol Menjaga Rasio NIM Tinggi Sementara BNI tercatat menyalurkan kredit mencapai Rp 695 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah itu bertumbuh 7,6% secara tahunan. Sedangkan penempatan dana bank BNI di SBN hanya sebesar Rp 6,34 triliun meningkat 18% secara tahunan, dan penempatan dana di BI hanya sebesar Rp 2,78 triliun. Bank BCA juga tercatat menyalurkan kredit Rp 810,4 triliun per Desember 2023, naik 13,9% secara tahunan. Sementara total dana yang ditempatkan pada efek-efek untuk tujuan investasi sebesar Rp 17,71 triliun, meningkat 31,45% YoY dan penempatan dana di BI dan bank lain hanya sebesar Rp 1,16 triliun. Angka ini justru menurun 13% YoY. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA juga mengamini kalau Kredit lebih menguntungkan dari penempatan di BI dan surat utang pemerintah. "Kenaikan kredit BCA tahun lalu mencapai 13,9%, ini di atas rata-rata industri yang 10,6%. Selama bisa tambah kredit kami mau sekali untuk lepas kredit bila permintaan nya ada," kata Jahja kepada kontan.co.id, Rabu (20/3). Tak berbeda, Lani Darmawan, Direktur Utama CIMB Niaga mengatakan, kalau saat ini mayoritas dana bank CIMB Niaga digunakan untuk pengembangan kredit terutama di sektor UMKM, ritel, dan juga korporasi yang pada tumbuh
double digits. "Likuiditas juga cukup tebal di awal tahun ini dibandingkan dengan tutup tahun lalu, namun tahun lalu juga tetap efisien di sekitar 87%," ucapnya. Dilihat dari laporan kinerja perseroan, Bank CIMB Niaga mencatat kredit naik 8,5% YoY atau senilai Rp 213,4 triliun. Sementara total dana yang ditempatkan pada SBN hanya sebesar Rp 4,76 triliun, meningkat 16,63% YoY dan penempatan dana di BI dan bank lain hanya sebesar Rp 428,23 miliar. Angka ini meningkat 48,28% YoY.
Baca Juga: NPL Bank Digital Kompak Naik Sepanjang 2023, Ada Apa? Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Budi Frensidy menilai, fungsi bank yang utama memang sebagai perantara keuangan yaitu menerima dana dari masyarakat untuk disalurkan ke dunia usaha yang membutuhkan. "Sehingga mereka sudah menjalankan peranannya dengan benar jika fokus ke peningkatan kredit agar sektor riil berkembang dan bertumbuh," ujarnya. Sementara
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, bahwa kondisi ini menunjukkan bank-bank besar mulai ekspansi kredit terutama untuk segmen korporasi dan kondisi pasca pemilu yang berlangsung aman juga disebut Trioksa semakin membuat pelaku industri lebih percaya diri untuk ekspansi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi