KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya risiko kredit saat pandemi membuat perbankan kini mulai mengalihkan penyaluran dananya ke instrumen yang lebih aman seperti surat berharga negara (SBN). Dari catatan Kemenkeu hingga Jumat (4/9) kemarin, nilai kepemilikan SBN oleh perbankan telah mencapai Rp 1.268,69 triliun, atau setara 37,93% dari total SBN yang beredar senilai Rp 3.344,69 triliun. Nilai tersebut juga meningkat 133,08% (ytd) dibandingkan nilai pada akhir tahun lalu Rp 581,37 triliun atau setara 21,12% dari total SBN senilai Rp 2.752,74 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatat pertumbuhan kepemilikan susrat berharga yang cukup tinggi sebesar 38,6% (ytd) sampai Juli 2020. Dari Rp 146,84 triliun akhir tahun lalu menjadi Rp 204,92 triliun per Juli 2020.
Bank makin rajin simpan dana di surat berharga, apa sebabnya?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya risiko kredit saat pandemi membuat perbankan kini mulai mengalihkan penyaluran dananya ke instrumen yang lebih aman seperti surat berharga negara (SBN). Dari catatan Kemenkeu hingga Jumat (4/9) kemarin, nilai kepemilikan SBN oleh perbankan telah mencapai Rp 1.268,69 triliun, atau setara 37,93% dari total SBN yang beredar senilai Rp 3.344,69 triliun. Nilai tersebut juga meningkat 133,08% (ytd) dibandingkan nilai pada akhir tahun lalu Rp 581,37 triliun atau setara 21,12% dari total SBN senilai Rp 2.752,74 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatat pertumbuhan kepemilikan susrat berharga yang cukup tinggi sebesar 38,6% (ytd) sampai Juli 2020. Dari Rp 146,84 triliun akhir tahun lalu menjadi Rp 204,92 triliun per Juli 2020.