JAKARTA. Di saat likuiditas valuta asing (valas) seret, perbankan menahan penyaluran kredit ekspor yang menggunakan nota kredit alias letter of credit (L/C). Penurunan juga bertujuan untuk mengantisipasi kenaikan risiko pembiayaan ekspor akibat lesunya ekonomi dunia.PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) tergolong bank yang mulai mengetatkan seleksi debitur. Bank ini tak gampang menyetujui permintaan kredit L/C yang masuk. "Kami akan lebih teliti melihat alasan permintaan kredit. Mulai dari sektor ekspornya hingga negera tujuannya," kata Presiden Direktur BEI Arifin Indra, kemarin (3/11).Untuk mengurangi risiko, BEI juga menerapkan strategi lain, semacam penjatahan valas. Bentuk strategi ini adalah, BEI memberikan sebagian kebutuhan pendanaan dalam bentuk rupiah. "Jadi, kalau debitur minta sepuluh, kami kasih delapan dalam valas, dan sisa kebutuhan akan dikonversi dalam rupiah," ujar Arifin.
Bank Makin Selektif Salurkan Kredit L/C
JAKARTA. Di saat likuiditas valuta asing (valas) seret, perbankan menahan penyaluran kredit ekspor yang menggunakan nota kredit alias letter of credit (L/C). Penurunan juga bertujuan untuk mengantisipasi kenaikan risiko pembiayaan ekspor akibat lesunya ekonomi dunia.PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) tergolong bank yang mulai mengetatkan seleksi debitur. Bank ini tak gampang menyetujui permintaan kredit L/C yang masuk. "Kami akan lebih teliti melihat alasan permintaan kredit. Mulai dari sektor ekspornya hingga negera tujuannya," kata Presiden Direktur BEI Arifin Indra, kemarin (3/11).Untuk mengurangi risiko, BEI juga menerapkan strategi lain, semacam penjatahan valas. Bentuk strategi ini adalah, BEI memberikan sebagian kebutuhan pendanaan dalam bentuk rupiah. "Jadi, kalau debitur minta sepuluh, kami kasih delapan dalam valas, dan sisa kebutuhan akan dikonversi dalam rupiah," ujar Arifin.