JAKARTA. Skandal penyuapan oleh perusahaan penyedia ATM Diebold Inc yang melibatkan bank BUMN mulai terkuak. Salah satu dari tiga bank di Indonesia yang diduga menerima gratifikasi dari Diebold adalah Bank Mandiri. Deputi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, mengatakan Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin telah melaporkan bahwa Bank Mandiri memang mengirimkan dua pegawai setingkat manajer dan team leader untuk melihat proses produksi dan mempelajari produk ATM bikinan Diebold dari sisi teknis. "Pegawai yang dikirim tidak terkait dengan pengadaan," ujar Gatot. Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, menegaskan penerima gratifikasi bukan berasal dari jajaran direksi. "Mereka hanya pegawai teknisi untuk urusan ATM,” kata Dahlan.
Dahlan menceritakan, apa yang dilakukan Bank Mandiri sebenarnya lazim dilakukan oleh perusahaan yang mencoba menggunakan teknologi baru. Biasanya, perusahaan akan mengirim pegawai untuk mempelajari teknologi ke tempat tempat yang sudah menggunakan teknologi baru itu. Maka, dikirimlah pegawai Bank Mandiri ke Eropa. Di sana, pegawai tersebut diajak jalan-jalan dengan biaya dari Diebold. "Di Amerika atau Eropa, ini sudah masuk kategori suap,” jelas Dahlan. Dahlan menengarai, pegawai Bank Mandiri tersebut bisa jadi tidak menyadari perbuatannya sudah masuk kategori suap. Karena itu, Dahlan menyerahkan sepenuhnya kepada manajemen Bank Mandiri mengenai sanksi untuk pegawai tersebut. "Mungkin mutasi,” kata Dahlan. Sayang, manajemen Bank Mandiri tak menanggapi telepon ataupun pesan singkat KONTAN. BPD terlibat? Dahlan memastikan Bank BNI dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tak terlibat dalam kasus gratifikasi Diebold. Saat ini, Kementerian BUMN masih menunggu laporan audit internal dari Bank Tabungan Negara (BTN). Gatot mengatakan, Direktur Utama BTN, Maryono, tengah meneliti kasus tersebut. Maklum, BTN juga membeli ATM bikinan Diebold. "Barangkali kasusnya sama dengan Mandiri," ujar Gatot. Yang menarik, Dahlan mengatakan kasus penyuapan oleh Diebold juga melibatkan bank pembangunan daerah (BPD).