Bank Mandiri dongkrak porsi kredit ritel



JAKARTA. Bank Mandiri akan menaikkan portofolio kredit ritel di semester kedua tahun ini. Jumlahnya menjadi 40% dari total portofolio kredit. Maklum, porsi kredit ritel sebesar 28% pada semester pertama tahun ini mampu memberikan net interest income atau pendapatan bunga bersih hampir 40%. Tingginya pendapatan tersebut karena bunga kredit ritel lebih tinggi dibandingkan bunga kredit korporasi dan komersial. Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini mengatakan, selain kenaikan porsi kredit ritel yang mencakup kredit business banking, kredit mikro dan kredit konsumer sepertiredit pemilikan rumah (KPR), Mandiri juga akan meningkatkan ritel transaksi dengan pedagang dan distribusi. "Dengan kenaikan tersebut, pendapatan bunga bersih bisa di atas 40%," katanya, Senin (15/8).Konsekuensi dari kenaikan porsi kredit ritel, ke depan Bank Mandiri akan menurunkan porsi kredit korporasi dan komersial dari 72% menjadi 60%. Selain itu, dengan meningkatkan transaksi ritel, dana berbiaya murah (low cost fund) bank berlogo pita kuning biru ini juga akan meningkat. Pada Juni 2011, pendapatan bunga bersih Bank Mandiri mencapai Rp 10,38 triliun, Naik 14,59% dibandingkan Juni 2010 sebesar Rp 9,06 triliun. Sementara kenaikan penyaluran kredit ritel paling tinggi terjadi di jenis kredit mikro, yakni 41%, dari Rp 6 triliun per Juni 2010 menjadi Rp 8,5 triliun. Disusul kredit business banking yang naik 33% menjadi Rp 25,8 triliun dan kredit konsumer yang tumbuh 28%, dari Rp 26,7 triliun menjadi Rp 34,3 triliun.Sedangkan kredit komersial tumbuh 32% menjadi Rp 70,1 triliun, dibandingkan semester pertama 2010 sekitar Rp 53,1 triliun. Sementara kredit korporasi tumbuh 19,2% atau naik menjadi Rp 96,2 triliun dibandingkan Rp 80,7 triliun di Juni 2010. "Pertumbuhan kredit korporasi dipicu kenaikan permintaan kredit di sektor listrik," kata Direktur Keuangan dan Strategi Mandiri, Pahala Nugraha Mansury.Menurut Pahala, per Juni 2011, sektor yang paling tinggi permintaan kreditnya adalah sektor listrik, gas, dan air yang tumbuh hingga 93,2%, dengan nilai kredit Rp 8,1 triliun. Naik dari Rp 4,2 triliun di Juni 2010. Sementara permintaan kredit sektor jasa sosial dan masyarakat tumbuh 76,7% atau mencapai Rp 3,3 triliun, dari Rp 1,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can