KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai institusi keuangan yang mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, Bank Mandiri berkomitmen meningkatkan tata kelola di bidang pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi. Langkah ini selaras dengan regulasi di industri perbankan maupun arahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Bank Mandiri memastikan tidak memberikan toleransi terhadap tindakan korupsi
(
corruption) termasuk penyuapan (
bribery) maupun gratifikasi. Manajemen menyadari, perilaku tersebut tidak hanya merugikan Bank, tetapi juga nasabah, dan iklim usaha karena terciptanya persaingan usaha yang tidak sehat,” ujar Direktur Kepatuhan dan SDM Bank Mandiri Agus Dwi Handaya di Jakarta pada Rabu (20/9). Pernyataan ini selaras dengan upaya pencegahan korupsi seperti disampaikan oleh Ketua KPK Firli Bahuri pada pertemuan dengan para pejabat perwakilan dari Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia. Pada acara yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri minggu lalu Rabu (13/9) itu, Firli memaparkan, bentuk korupsi yang paling banyak adalah gratifikasi dan penyuapan.
"Setidaknya kita bisa petakan di mana saja terjadi korupsi. Yang paling banyak adalah di gratifikasi dan penyuapan. Itu paling banyak 65% dari jumlah korupsi yang dipetakan oleh KPK," ungkap Ketua KPK Firli Bahuri. Peningkatan kasus Tindak Pidana Korupsi saat ini juga dipicu oleh meningkatnya kegiatan judi onine, dimana dana hasil korupsi termasuk gratifikasi digunakan pelaku sebagai salah satu sumber dana untuk modal perjudian. Untuk itu, sebagai upaya mitigasi terjadinya korupsi termasuk gratifikasi, Bank Mandiri telah menerapkan strategi anti-fraud melalui empat pilar utama sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 39/POJK.03/2019. Pilar pertama yakni pencegahan. Pada pilar ini merupakan tanggung jawab seluruh jajaran Bank dalam rangka mengurangi potensi terjadinya
fraud. Terdapat 3 program dalam pilar pencegahan ini yang terdiri dari program kesadaran anti-fraud, dimana penerapannya Bank selalu melakukan sosialisasi seperti Anti Fraud Awareness, Employee Awareness Program dan Customer Awareness Program. “lalu terdapat juga program Identifikasi kerawanan, dimana Bank menerapkan prinsip Manajemen Risiko di seluruh kebijakan dan prosedur dengan memperhatikan pengendalian internal, penerapan prinsip GCG dan Kepatuhan. dan program yang terakhir Bank juga senantiasa memiliki kebijakan dalam mengenal pegawai (KYE)” papar Agus. Pada pilar dua yaitu deteksi, dalam penerapannya seluruh unit baik
first line, second line, maupun
third line of defense ikut bertanggung jawab dalam hal mendeteksi, identifikasi, dan menemukan indikasi
fraud dalam kegiatan usaha bank. Agus menjelaskan adapun program deteksi sendiri terdiri dari
whistleblowing, fraud detection system, surprise audit, Surveillance system. Kemudian, pada pilar tiga terkait investigasi, pelaporan, sanksi dan proses hukum. Ini merupakan bagian dari sistem pengendalian
fraud terkait penanganan
fraud yang terjadi melalui investigasi dan hasilnya dilaporkan kepada pihak manajemen dan regulator, termasuk usulan pengenaan sanksi dan proses hukum bagi para pelaku
fraud. “Lalu pilar terakhir yaitu pilar 4 berupa pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut. Pilar ini merupakan aktivitas monitoring atas tindak lanjut hasil investigasi dan evaluasi kejadian
fraud. Tujuannya memperbaiki kelemahan dan memperkuat sistem pengendalian internal,” tuturnya. Agus menuturkan tujuan kebijakan anti-suap dan korupsi di Bank Mandiri agar tidak menghambat tujuan pencapaian perseroan di bidang keberlanjutan yang sejalan dengan implementasi prinsip-prinsip
environmental, social, and governance (ESG). Terlebih bank bersandi saham BMRI ini memiliki komitmen menjadi
‘Sustainability Champion for Better Future’
melalui penerapan kerangka kerja ESG. Komitmen Bank Mandiri menjadi yang terdepan dalam inisiatif ESG di Indonesia ditetapkan sejak keterlibatannya sebagai satu dari delapan bank yang membentuk inisiatif keuangan berkelanjutan di Indonesia pada 2018 atau
the first movers on sustainable banking. Dalam penerapan ESG ini, bank berlogo pita emas ini mengacu pada tiga pilar:
sustainable banking,
sustainable operation, dan
sustainable beyond banking. Di bidang
sustainable banking, Bank Mandiri berkomitmen menjadi pemimpin dalam mendukung transisi ekonomi rendah karbon di Indonesia.
Untuk
sustainable operation, Bank Mandiri menargetkan kegiatan operasional netral karbon atau
Net Zero Emission (NZE) pada 2030.
Sementara berkenaan dengan
sustainable beyond banking, Bank Mandiri menjadi katalisator untuk pertumbuhan yang memberikan dampak sosial dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs). Beberapa pencapaian ESG Bank Mandiri hingga kuartal II-2023, antara lain realisasi
sustainable loan portfolio senilai Rp242 triliun dengan rincian kredit ke sektor hijau Rp115 triliun dan sektor sosial Rp127 triliun. Selain itu, sepanjang 2019-2022,
berhasil menekan intensitas emisi karbon atau gas rumah kaca
per karyawan
(CO
2 emission intensity/ employee) sebesar 14,3%. #ESGBankMandiri #RisikoFraud #KorupsiBank #BriberyandCorruption #ManajemenRisikoAntiFraud #RisikoESG #RisikoKorupsi #ManajemenRisikoBankMandiri #TataKelolaESG Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini