Bank Mandiri mulai bersih-bersih NPL



JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk menghadapi tantangan besar di tahun 2016. Pasalnya, pada periode ini, Bank Mandiri mengalami kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari debitur kredit komersial. Debitur yang kesulitan membayar kredit ini, bergerak pada sektor batu bara, rokok, baja, dan kertas.

“Kredit komersial penyebab kenaikan NPL Bank Mandiri,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Senin (16/5). 

Bank Mandiri mencatat rasio NPL untuk kredit komersial sebesar 4,4% per Maret 2016 atau naik 180 bps dibandingkan posisi 2,6% per Maret 2015. Nilai kredit bermasalah menengah Rp 6,76 triliun.


Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank Mandiri Siddiq A. Badruddin menambahkan, perusahaan membentuk unit khusus untuk mengatasi kredit bermasalah agar rasio NPL susut. Unit khusus ini tak hanya menangani kredit bermasalah dengan kolektibilitas 3-5, namun juga kolektibilitas 1 dan 2.

Bank pelat merah ini menargetkan, rasio NPL untuk kredit komersial akan menjadi 4,2% di akhir tahun 2016. Sedangkan, NPL gross sebesar 3% di akhir tahun 2016 dari posisi NPL gross 2,89% dan NPL net 0,85% (bank only) per Maret 2016, dan NPL gross 3,18% dan NPL net 1,16% (konsolidasi).

Siddiq menambahkan, pihaknya akan mencadangkan coverage ratio hingga 150% hingga akhir tahun 2016 untuk mengantisipasi kenaikan NPL. Saat ini, coverage ratio Mandiri sekitar 131,9% per kuartal I-2016.

Mandiri kurang kredit komersial

Agar NPL kredit komersial tak naik lagi, Bank Mandiri akan memperlambat laju pertumbuhan kredit ini. Siddiq menuturkan, hanya membidik pertumbuhan kredit komersial di bawah 10% pada tahun 2016. Adapun, realisasi kredit komersial sebesar Rp 153,7 triliun per kuartal I-2016 atau naik 5,9% dibandingkan posisi Rp 145,2 triliun per kuartal I-2015.

Selanjutnya, Mandiri akan menjaga pertumbuhan kredit merlalu kredit korporasi dan kredit konsumer yang masing-masing ditargetkan tumbuh 9%-10% dan 12%-15%. Awal tahun, kredit korporasi tumbuh 6,4% menjadi Rp 186,4 triliun dan kredit konsumer tumbuh 11,8% menjadi Rp 73,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan