Bank Mandiri Perkirakan Kenaikan GWM Akan Sedot Likuiditas Hingga Rp 300 Triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menormalisasi kebijakan moneter pada tahun ini. Adapun normalisasi kebijakan tersebut dilakukan dengan mengurangi likuiditas di perbankan yang kini berlebih. 

Nah, dengan rencana tersebut, Kepala Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan Bank Mandiri Dian Ayu Yustina memperkirakan ada sekitar Rp 260 triliun hingga Rp 300 triliun likuiditas yang disedot oleh BI. 

“Rencana BI normalisasi kebijakan lewat peningkatan GWM akan menyerap likuiditas sekitar Rp 260 triliun hingga Rp 300 triliun dari perbankan,” tegas Dian kepada awak media, Rabu (22/6). 


Namun, Dian yakin, upaya yang dilakukan oleh BI ini tidak akan mengganggu likuiditas di perbankan karena saat ini likuiditas masih sangat besar. 

Baca Juga: Bos BI Tegaskan Belum Buru-buru Menaikkan Suku Bunga Acuan

Bahkan, ia yakin perbankan masih mampu untuk menyalurkan kredit maupun membeli surat berharga negara (SBN) untuk pembiayaan APBN. 

Hanya saja, Dian meyakini ke depan kondisi likuiditas akan makin terasa ketat. Sehingga ini harus tetap diperhatikan. 

Pengurangan likuiditas ini dilakukan BI lewat peningkatan giro wajib minimum (GWM) memang lebih agresif dari rencana semula di awal tahun 2022. Skemanya, GWM untuk bank umum konvensional (BUK) yang pada saat ini sebesar 6,0% akan naik per 1 Juli 2022 menjadi 7,5% dan mulai 1 September 2022 menjadi 9%.

Ini berubah dari rencana semula. Pada awal tahun ini, Gubernur BI mengungkapkan akan meningkatkan GWM hanya pada 1 Juni 2022 menjadi 6% dan sejak 1 September 2022 hanya menjadi 6,5%. 

Percepatan normalisasi GWM rupiah juga dilakukan pada bank umum syariah (BUS) dari yang saat ini 4,5% menjadi 6% pada 1 Juli 2022 dan mulai 1 September 2022 menjadi 7,5%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi