Bank Mandiri Prediksi Suku Bunga BI Capai 4,75% di Akhir Tahun 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan kembali naik hingga akhir tahun sebagai dampak dari kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, berdasarkan analisis tim ekonomi Bank Mandiri, kenaikan harga BBM akan mendorong inflasi. Bahkan, inflasi tahunan diproyeksi mencapai 6,2% di tahun ini. Itu meningkat dari proyeksi awal Bank Mandiri, yang sebelumnya memprediksi inflasi 2022 di level 4,6%.

Untuk menekan laju inflasi, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis points (bps) pada Agustus lalu.


"Dengan kenaikan BBM, kami memproyeksikan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya 50 bps-100 bps sehingga mencapai 4,75% pada akhir tahun 2022," kata Sigit baru-baru ini.

Dalam kesempatan yang sama, Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri mengatakan, kombinasi kenaikan inflasi dan suku bunga acuan BI dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini ke level 5%-5,1%.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Naik 25 bps, Ini Dampaknya

Namun, secara umum ekonomi Indonesia masih tumbuh dengan baik saat ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang didorong oleh dampak pemulihan yang terjadi sejak semester pertama lalu. Oleh karena itu, kata Siddik, Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit nasional masih akan tumbuh sekitar 9,9% pada tahun ini.

Sementara kenaikan BBM itu dampak terhadap kinerja kredit Bank Mandiri dinilai tidak akan signifikan. Siddik bilang, Bank Mandiri sudah melakukan analisa terhadap portofolio kredit di segmen wholesale dan segmen ritel.

Di segmen wholesale (korporasi dan komersial), Bank Mandiri telah melakukan diversifikasi dengan baik dari berbagai sektor industri sehingga menurut Siddik tidak ada resiko signifikan yang perlu dikhawatirkan.

Selain itu, Bank Mandiri juga sudah melakukan analisa dampak kenaikan harga BBM terhadap cost of goods sold (COGS) atau harga pokok penjualan barang dari debitur.

 
BMRI Chart by TradingView

Dari pengamatan itu, perseroan melihat bahwa debitur wholesale masih dapat menyerap kenaikan BBM tanpa mengganggu arus kas atau kewajiban mereka kepada Bank Mandiri.

Risiko di segmen ritel juga kecil karena sebagian besar nasabah Bank Mandiri merupakan nasabah payroll.

"Mereka memiliki pembayaran gaji di Bank Mandiri sehingga kami bisa melakukan pendebetan gaji dan dampak dari kenaikan harga BBM dapat termitigasi dengan baik," pungkas Siddik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari