JAKARTA. Bank Mandiri akan kesulitan dalam mencapai target untuk menjadi salah satu bank terbaik di kawasan ASEAN pada 2020 mendatang. Peningkatan modal menjadi ganjalan Bank Mandiri menggapai cita-citanya itu. Bank Mandiri berharap bisa memiliki modal hingga Rp 300 triliun untuk menjadi bank berkelas di ASEAN. Sementara, hingga Maret lalu, modal bank berlogo pita emas ini baru menyentuh angka Rp 79 triliun. Artinya, Bank Mandiri butuh tambahan modal hingga Rp 221 triliun lagi. "Sementara, akan sulit mencapai itu jika mengandalkan laba ditahan saja," tutur Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri saat ditemui wartawan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (3/6).
Budi pun bilang, hanya ada dua cara untuk mengejar ketertinggalan modal itu. Pertama adalah konsolidasi. Sayang rencana konsolidasi yang belakangan ini dilakukan melalui akuisisi Bank Tabungan Negara (BTN), harus tertunda dan mendapat penolakan dari banyak pihak. Cara kedua adalah dengan penawaran umum terbatas alias rights issue. Untuk cara kedua ini, Budi juga pesimis bisa dilakukan. Padahal, jika rights issue dilakukan, bukan tidak mungkin tingkat permodalan Bank Mandiri bisa langsung melesat dibandingkan dengan hanya mengandalkan laba saja, Di sisi lain, lanjut Budi, pemerintah harus terdilusi jika akhirnya rights issue tersebut dilakukan. "Jadi (rights issue) tidak mungkin dilakukan juga. Apalagi, saat ini pemerintah hanya menggenggam 60% saham Bank Mandiri. Jadi, sepertinya pemerintah tidak akan mau lagi terdilusi," ujar dia. Rights issue pernah dilakukan Bank Mandiri pada tahun 2011. Saat itu, Bank Mandiri melepas sebanyak 2,34 miliar lembar saham dengan harga sebesar Rp 5.000 per lembar. Melalui aksi itu, total dana yang diterima Bank Mandiri adalah sebesar Rp 11,68 triliun. Seperti diketahui, di tahun 2020, Bank Mandiri menargetkan untuk dapat masuk dalam jajaran Top 3 di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di regional. Dengan berbagai fungsi dan keberadaan anak usaha, Mandiri juga punya target menjadi bank terbaik di kawasan ASEAN. Melalui target itu, Mandiri harus bisa membukukan aset sebesar Rp 2.500-3.000 triliun dan modal hingga Rp 200-300 triliun. Sebelumnya, Pahala N. Mansuri, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, menegaskan pihaknya akan fokus merealisasikan pertumbuhan anorganik melalui akuisisi di area yang komplementer dengan Mandiri. "Jika bank, kami cari yang bergerak di ritel. Tapi kami juga tidak menutup di bidang lainnya," tutur Pahala. Meski begitu, lanjut Pahala, Bank Mandiri belum memutuskan secara spesifik perusahaan incaran yang bisa diakuisisi. yang jelas, untuk memuluskan rencana anorganik, Bank Mandiri akan menyiapkan dana sebesar Rp 12 triliun. Dana tersebut, juga merupakan bagian Bank Mandiri untuk merealisasikan akuisisi 80% saham Inhealth.
"Budget akuisisi Rp 12 triliun. Itu termasuk Inhealth yang diperkirakan akan memakan biaya Rp 1,2-1,3 triliun," terang Pahala. Bank Mandiri sendiri telah merealisasikan kepemilikan 60% saham Inhealth. Pahala bilang, nilai akuisisi 60% saham Inhealth tersebut berkisar Rp 1 triliun. Pahala menambahkan, dana sebesar Rp 12 triliun yang akan disiapkan Bank Mandiri, tidak seluruhnya berasal dari kas internal. Pahala menjelaskan, Bank Mandiri akan memanfaatkan berbagai sumber pendanaan untuk melengkapi budget tersebut. Pahala juga menegaskan, obligasi bukan bagian dari sumber pendanaan yang dimaksud. "Tidak seluruhnya kas internal. Pokoknya, dalam bentuk apapun, tapi tidak termasuk obligasi," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan