Bank Masih Hati-hati, Penyaluran Kredit Konstruksi Turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit konstruksi perbankan hingga saat ini masih lesu. Sejumlah bank masih selektif dalam menyalurkan kredit pada sektor ini. 

Jika dilihat dari laporan Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit konstruksi turun 1,1% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 223,2 triliun pada Mei 2024. Sejak awal tahun, kredit konstruksi memang tercatat minus.

Dari Februari hingga April secara berturut-turut mencatatkan pertumbuhan negatif yakni, -0,1%, -3,2%, -3,3%.


PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengakui, untuk pembiayaan konstruksi perumahan atau commercial building di segmen menengah atas, disalurkan secara selektif. Khususnya yang memiliki konsep kawasan yang related dengan pembangunan area komersial dengan infrastruktur yang mendukung.

Sedangkan pembiayaan konstruksi untuk high rise building maupun office building sampai dengan saat ini masih dilakukan konsolidasi dan diberikan sangat selektif dengan mempertimbangkan captive market.

Ramon Armando, Corporate Secretary BTN menjelaskan, seleksi debitur dilakukan sesuai ketentuan bank yang normal. Penajaman seleksi dan mitigasi risiko ditekankan pada aspek pasar dan pemenuhan aspek legalitas proyek.

"Hal ini dilakukan untuk mengamankan kepentingan bisnis bank sekaligus melindungi kepentingan konsumen (end user) untuk mendapatkan rumah dan lingkungan yang berkualitas," kata Ramon kepada kontan.co.id, belum lama ini.

Baca Juga: Persaingan Makin Ketat, Bank Digital Ramai-ramai Gelar Aksi Korporasi Tahun Ini

Walau demikian, kata Ramon, secara penyaluran untuk kredit konstruksi BTN mencatatkan pertumbuhan. Hingga bulan Mei 2024 tercatat tumbuh 8,2% yoy menjadi Rp 4,1 triliun. 

Kenaikan ini didorong kenaikan dari realisasi penyaluran kredit konstruksi ke perumahan tapak untuk memenuhi target penyaluran KPR bank BTN yang ditargetkan dapat tumbuh double digit hingga akhir tahun. Adapun, komposisi kredit konstruksi mencapai 5,4% terhadap total portfolio bisnis BTN.

Ramon menuturkan, realisasi kredit konstruksi akan terus ditingkatkan seiring dengan langkah untuk memenuhi penyaluran KPR BTN yang ditargetkan dapat tumbuh double digit hingga akhir tahun.

Menurutnya, pembiayaan kredit konstruksi BTN merupakan hulu dari penyaluran KPR yang merupakan core business BTN.

Sehingga ke depannya BTN akan terus meningkatkan porsi pembiayaan kredit konstruksi untuk developer serta mengembangkan ekosistem bisnis (housing ecosystem).

Beberapa strategi yang dilakukan BTN dalam meningkatkan kredit konstruksi. Yakni dengan melakukan sentralisasi kredit komersial melalui commercial banking center (CBC) yang saat ini telah tersebar di 10 CBC di seluruh Indonesia. 

Dengan adanya CBC tersebut, proses bisnis diterapkan dengan memperhatikan 3 pilar, yaitu bisnis, risk dan operation.

Sementara itu, Hera F Hryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility Bank Central Asia (BCA) mengatakan, BCA akan terus mengoptimalkan penyaluran kredit ke berbagai sektor, salah satunya sektor konstruksi.

Hingga Maret 2024, BCA dan entitas anak membukukan kredit ke sektor konstruksi sebesar Rp 31,5 triliun per Maret 2024, atau sekitar 4% dari total kredit BCA .

"BCA akan senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi. Kami berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," imbuh Hera.

Baca Juga: Di Semester Kedua, Bank Mandiri Bidik Kredit 13%-15%

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, melambatnya kredit konstruksi lebih dikarenakan bank lebih hati-hati dalam penyaluran kredit konstruksi terutama bila berkaca bisnis konstruksi perusahaan karya yang belum membaik.

"Tren hingga akhir tahun sepertinya akan tetap terkonstraksi sampai bisnis perusahaan konstruksi membaik seiring dengan semakin besarnya belanja untuk pembangunan infrastruktur," ucap Trioksa.

Dalam menggenjot kredit konstruksi, kata Trioksa, perbankan dapat memilih bisnis-bisnis konstruksi yang masih potensial untuk dapat dibiayai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat