Bank masih selektif, kredit sektor pertambangan terus menyusut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan masih selektif menyalurkan kredit ke sektor pertambangan. Hal ini tercermin dari penyaluran kredit ke sektor pertambangan yang masih mengalami penurunan.

Lihat saja, data analisis uang beredar yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) per April 2018 menunjukan secara total kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan sebesar 21,6% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 89,9 triliun dari Rp 114,7 triliun di tahun sebelumnya.

Meski begitu, sejumlah pemain besar mengatakan masih menyalurkan ke sektor tersebut. Salah satunya PT Bank Mandiri Tbk yang mengungkapkan masih menyalurkan ke sektor pertambangan, terutama untuk pertambangan non batubara seperti tembaga dan emas.


"Kami untuk pertambangan selektif yang cost-nya masih bagus kami masuk. Seperti copper (tembaga) dan emas," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Jakarta, Jumat (8/6). Lebih lanjut, pihaknya mengatakan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di sektor ini juga terus mengalami penurunan.

Sayang, Tiko sapaan akrab Kartika belum dapat merinci total eksposur kredit perseroan ke sektor pertambangan. Hanya saja, bila merujuk ke presentasi perusahaan pada kuartal I 2018 menunjukan kredit Bank Mandiri ke sektor ini masih cukup kecil yaitu baru 3% dari total kredit perseroan.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga masih masuk ke sektor pertambangan. Hanya saja, Direktur keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengungkapkan besaran portofolio ke sektor tersebut memang sangat tipis. Belum lagi, beberapa tahun terakhir Haru mengungkap BRI sengaja mengurangi eksposur kredit ke sektor pertambangan. Hal ini dilakukan perseroan untuk meminimalisir resiko kredit bermasalah.

"Pertambangan masih ada, tapi memang kita sempet kurangin banyak. Karena kami tidak punya spesialisasi di sektor pertambangan. Tapi masih ada," ungkap Haru.

Menurutnya, ke depan BRI masih akan selektif untuk masuk ke sektor pertambangan. Sebagai catatan, tak jauh berbeda dengan Bank Mandiri, total eksposur kredit sektor pertambangan BRI hanya sbesar 3,32% dari total kredit untuk BUMN senilai Rp 91 triliun. Artinya, jumlah tersebut hanya setara Rp 3,02 triliun.

Sementara, untuk korporasi non BUMN, total eksposur kredit BRI ke pertambangan baru sebesar 2,6% dari total kredit korporasi Rp 82 triliun, atau setara Rp 2,13 triliun. Selain ke segmen korporasi, BRI juga masih menyalurkan kredit pertambangan untuk segmen menengah dan kecil. Hingga kuartal I-2018, total kredit menengah dan kecil ke sektor tambang senilai Rp 4,68 triliun atau 3% dari total kredit segmen ini yang mencapai Rp 156,2 triliun.

Selain bank plat merah, PT Bank OCBC NISP Tbk juga menyebut masih menyalurkan kredit ke sektor pertambangan. Meski begitu, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja bilang sampai dengan pertengahan kuartal II 2018 ini total eksposur kredit perseroan ke sektor pertambangan hanya sekitar 4% dari total portofolio kredit.

"Eksposur kami memang ada ke pertambangan, tapi tidak besar sekitar 4% dari total portofolio kami," ungkap Parwati kepada Kontan.co.id, Jumat (8/6). Menurut Parwati, sejauh ini total penyaluran kredit ke sektor pertambangan belum terlalu banyak bergerak dari posisi di kuartal I 2018.

Kendati tak dapat merinci, per Maret 2018 OCBC NISP masih mencatatkan pertumbuhan sektor pertambangan sebesar 16% secara year on year (yoy). Pun, dari sisi kualitas kredit sangat terjaga dengan NPL masih di level 0%. Direktur Utama PT BPD Sumatera Utara (Sumut) Edie Rizliyanto menyebut, lantaran sektor pertambangan memiliki resiko yang tinggi. Bank Sumut belum akan ikut serta membiayai sektor pertambangan dalam waktu dekat.

Sebagai informasi tambahan, data BI menunjukan per April 2018 bila dilihat dari jenis kreditnya, KMK ke sektor pertambangan menunjukan penurunan paling dalam sebesar 26,9% yoy menjadi Rp 44,2 triliun. Jenis kredit ini terus mengalami penurunan sejak bulan 7 bulan terakhir.

Dalam hitungan satu bulan, KMK sektor pertambangan dan penggalian sudah turun cukup besar dari Rp 49,2 triliun atau menurun 10% lebih secara month on month (mom). Hal serupa juga terjadi pada KI sektor pertambangan yang juga menurun, setidaknya dalam 8 bulan terakhir. Bila dilihat secara persentase penurunanna, per April 2018 KI sektor pertambangan menurun 15,8% secara yoy. Lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang turun 15,7% yoy.

Adapun, secara total KI dan KMK juga mengalami penurunan. Dalam satu bulan, per April 2018 kredit sektor ini sudah turun 5,36% dibanding bulan Maret 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat