JAKARTA. Berlakunya aturan lisensi berjenjang yang mengelompokkan bank umum berdasarkan kelompok usaha (BUKU) berdasarkan modal inti di perbankan syariah, memaksa bank-bank menambah modal. Salah satu caranya, tidak membagikan deviden dan meminta suntikan modal. Sebut saja Bank Mega Syariah Indonesia dan Bank Syariah Bukopin (BSB). Direktur Utama Syariah Mega, Benny Witjaksono, mengatakan pihaknya menargetkan memiliki modal inti Rp 1 triliun dalam dua tahun ke depan. Untuk mendukung rencana tersebut, Syariah Mega akan menggunakan laba internal dan komitmen pemegang saham agar tidak mengambil deviden. "Dengan modal sebesar itu kami akan naik ke BUKU II sehingga ekspansi semakin leluasa," ujarnya pekan lalu. Hingga Desember 2012, modal inti Syariah Mega sudah mencapai Rp 620,3 miliar. Artinya, Syariah Mega membutuhkan tambahan modal Rp 400 miliar agar naik kelas. Tahun ini, Syariah Mega memprediksi, bisa meraih laba sebelum pajak senilai Rp 265 miliar dengan laba setelah pajak sebesar Rp 198 miliar.
Bank Mega Syariah & BSB menahan dividen
JAKARTA. Berlakunya aturan lisensi berjenjang yang mengelompokkan bank umum berdasarkan kelompok usaha (BUKU) berdasarkan modal inti di perbankan syariah, memaksa bank-bank menambah modal. Salah satu caranya, tidak membagikan deviden dan meminta suntikan modal. Sebut saja Bank Mega Syariah Indonesia dan Bank Syariah Bukopin (BSB). Direktur Utama Syariah Mega, Benny Witjaksono, mengatakan pihaknya menargetkan memiliki modal inti Rp 1 triliun dalam dua tahun ke depan. Untuk mendukung rencana tersebut, Syariah Mega akan menggunakan laba internal dan komitmen pemegang saham agar tidak mengambil deviden. "Dengan modal sebesar itu kami akan naik ke BUKU II sehingga ekspansi semakin leluasa," ujarnya pekan lalu. Hingga Desember 2012, modal inti Syariah Mega sudah mencapai Rp 620,3 miliar. Artinya, Syariah Mega membutuhkan tambahan modal Rp 400 miliar agar naik kelas. Tahun ini, Syariah Mega memprediksi, bisa meraih laba sebelum pajak senilai Rp 265 miliar dengan laba setelah pajak sebesar Rp 198 miliar.