Bank mengais fulus dari bisnis tresuri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mengoptimalkan pendapatan komisi atau fee based income di tengah penyaluran kredit yang belum maksimal. Salah satunya lewat bisnis treasuri.

Sekretaris Perusahaan Bank Central Asia (BCA) Jan Hendra mengatakan, pendapatan dari bisnis tresuri menyumbang 15% dari total pendapatan selain bunga. Hingga Maret 2018, pendapatan non bunga BCA mencapai Rp 3,9 triliun. Itu artinya bisnis tresuri berkontribusi sekitar Rp 585 miliar hingga Maret 2018.

Pendapatan bisnis tresuri berhubungan erat dengan pergerakan atau aktivitas ekonomi terutama perdagangan internasional. Layanan tresuri diberikan untuk melayani nasabah terutama yang memiliki bisnis berorientasi ekspor impor atau kebutuhan korporasi besar.


Jan Hendra mengatakan, realisasi fee based income sampai Mei 2018 cukup baik. "Secara struktur masih lebih banyak bersumber dari yang terkait dana murah," katanya, Senin (23/7).

Sementara Bank Tabungan Negara (BTN) lebih fokus pada transaksi surat berharga milik pemerintah. Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan dan Tresuri Bank BTN mengatakan, saat ini bisnis tresuri BTN mengalami tekanan lantaran suku bunga acuan naik.

"Suku bunga naik mengakibatkan yield naik, berarti harga dari surat berharga turun. Kami tidak ingin mengambil risiko tinggi sehingga fokus kami di transaksi obligasi pemerintah," jelas Iman.

Adapun bisnis tresuri valuta asing BTN masih kecil. Iman menyatakan, pendapatan non bunga BTN naik hampir 24% sepanjang semester 1-2018.

Adapun Bank Mandiri berdasarakan laporan analyst meeting di kuartal II 2018 tercatat realisasi fee based income sampai Juni 2018 sebesar Rp 5,07 triliun atau naik 9,1% secara tahunan.

Salah satu sumber fee based income Bank Mandiri berasal dari foreign exchange fee yang mencapai Rp 1,5 triliun di semester I 2018. Selain itu berasal dari cash recoveries, admin fee ataupun transfer dan transaksi ritel serta kartu kredit.

"Fee based income Bank Mandiri didorong salah satunya dari tingginya transaksi valas," kata Sun Lin Lim, analis dari Bank DBS dalam risetnya Jumat (20/7).

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menurut Sun bisa mendorong transaksi valas dan bisnis hedging. Ini bisa menjaga pendapatan biaya yang cukup besar. Selain itu, tingginya transaksi ritel transfer juga menjadi pendorong pertumbuhan fee based income Bank Mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie