Bank mulai berikan kredit online, fintech lending siap-siap gigit jari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan perkembangan teknologi, industri perbankan terus mengembangkan layanan guna mempermudah nasabah. Apalagi dengan semakin ketatnya persaingan antar bank dan juga perusahaan teknologi finansial (tekfin).

Salah satunya antara lain dengan fitur pengajuan kredit secara digital (digital loan). Pelayanan kredit secara online ini bisa menjadi tantangan serius bagi industri tekfin, lantaran tingkat keamanan dan bunga yang ditawarkan perbankan lebih baik ketimbang tekfin.

Salah satu bank besar yang sudah mulai yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) lewat BNI digital loan. Awalnya, layanan ini ditujukan untuk mempermudah pengajuan kredit usaha rakyat (KUR) bagi calon debitur.


Namun, pengajuan kredit secara online berbasis website milik BNI ini juga sudah mulai melayani pengajuan kredit untuk kredit pemilikan rumah (KPR), kredit tanpa agunan (KTA), kartu kredit, dan kredit wirusaha.

Kepala Divisi Usaha Kecil BNI Bambang Setyamojo menjelaskan setidaknya BNI menerima lebih dari 1.000 aplikasi (permohonan) dari calon debitur setiap bulannya.

Bambang menyatakan memang sejauh ini pengajuan kredit usaha kecil atau UKM memang lebih mendominasi BNI digital loan. Wajar, catatan BNI menunjukkan pertumbuhan jumlah debitur usaha kecil naik hampir 100% dibandingkan dengan tahun 2017 lalu.

"Salah satunya disebabkan oleh ketersediaan kemudahan akses, dalam aplikasi kredit melalui e-form yang berbasis website. Sehingga petugas BNI tinggal melanjutkan untuk proses verifikasi dan keputusan kredit," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/11).

Berbeda pula dengan pinjaman yang diberikan oleh perusahaan tekfin, BNI tidak memasang bunga yang terbilang besar untuk kredit secara online. Bambang menjelaskan, bunga kredit UMKM BNI saat ini masih satu digit di level 9,95%. Sementara untuk komersial, bank berlogo 46 ini mengenakan bunga sampai dengan 13,5%.

Cara menggaet debitur via digital seperti ini memang tengah digodok serius oleh BNI. Sebab, bank plat merah ini mengatakan peluang di sektor UMKM masih sangat besar terutama di periode mendatang.

"Kami harus makin digital dalam proses kredit dari pencarian nasabah sampai dengan pencairan dan monitoring (end to end) salah satunya dengan penggunaan big data analisis dan proses kredit yang makin disempurnakan," katanya.

Selain memudahkan pihak perbankan dan debitur, pemanfaatan digital juga berpotensi untuk menggaet nasabah yang lokasi tempat tinggalnya jauh dari outlet BNI.

Di samping memanfaatkan big data, BNI juga melakukan monitoring dengan menggunakan kerjasama agen Laku Pandai BNI (Agen46) maupun mitra korporasi.

Bukan tanpa kendala, model bisnis semacam ini juga memiliki beberapa kesulitan. Paling umum, jelas Bambang sulitnya melengkapi kebutuhan data calon debitur, dan memang syarat pengajuan kredit di perbankan jauh lebih ketat dibanding Tekfin.

Akibatnya, dari total 1.000 aplikasi setiap bulan hanya 10% sampai 15% saja yang disetujui. "Kami sedang sempurnakan dengan big data analyst, ke depan akan lebih baik," tuturnya.

Perusahaan tekfin kemungkinan akan gigit jari, pasalnya sudah mulai banyak bank-bank yang merambah ke digital untuk menggaet debitur ritel/UKM.

Selain BNI, PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) juga meluncurkan fitur serupa via website PDaja.com. Bunga yang ditawarkan juga cukup bersaing yakni di kisaran 15% sampai 18% per tahun tergantung besaran plafon dan agunan.

Besaran plafon yang disediakan oleh Bank Sampoerna yakni di kisaran Rp 50 juta-Rp 500 miiar dengan tenor 12 bulan. Walau terbilang baru, lantaran baru diluncurkan pada awal November 2018 lalu, BSS cukup optimistis dengan produk ini.

Direktur Funding, MSE, FI dan Jaringan Kantor Bank Sampoerna Ong Tek Tjan mengatakan kelak 75% penyaluran kredit perseroan dalam satu ke depan bisa diajukan lewat aplikasi tersebut.

Pada tahap awal, Bank Sampoerna akan melakukan uji coba PDaja.com selama enam bulan ke depan di Jabotabek. Bila sukses, bank akan mengimplementasikan ke 20 kantor cabang yang ada di Indonesia. Sembari melengkapi data base PDaja.com mengenai informasi tanah dan bangunan di berbagai wilayah.

Selain kedua bank tersebut, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) lewat aplikasi perbankan digital Jenius juga menawarkan pinjaman dana bagi para penggunanya bertajuk Flexi Cash.

Digital Banking Balue Proposition and Product Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi mengatakan, fitur yang bertajuk Flexi Cash ini merupakan dana siaga (standby loan) yang diberikan ke pengguna aplikasi Jenius sebagai dana tambahan.

Namun, lantaran masih dalam pengembangan, tidak seluruh nasabah Jenius bisa memanfaatkan Flexi Cash, melainkan hanya nasabah aktif Jenius yang terpilih dan ditawarkan oleh perseroan.

Plafon pinjaman yang ditawarkan cenderung bervariasi, menurut Irwan rata-rata dana yang disediakan oleh perseroan yakni Rp 7-8 juta. Dana tersebut, dapat ditarik dan digunakan kapan saja sesuai kebutuhan para nasabah.

Menariknya, bunga yang ditawarkan sangat rendah yaitu 1,75%-2,25% dan nasabah dibebaskan untuk memilih besaran pinjaman dari plafon yang ditawarkan.

"Jadi misalnya dapat tawaran dari kami Rp 5 juta, mau cairkan Rp 500.000 untuk tiga bulan itu juga bisa. Bunganya itu dari 1,75%-2,25%, jauh dibandingkan kredit biasa, hampir mirip dengan kartu kredit, bunga itu juga berlaku untuk dana yang dicairkan saja bukan plafonnya," jelas Irwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi