Bank Negara Malaysia Pertahankan Suku Bunga, Pemangkasan Subsidi Picu Risiko Inflasi



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Bank Sentral Malaysia mempertahankan suku bunga acuannya pada Kamis (11/7). Ini sejalan dengan ekspektasi pasar, seiring dengan perkiraan kenaikan inflasi pada paruh kedua tahun 2024 menyusul perubahan subsidi solar.

Mengutip Reuters, Kamis (11/7), dari 32 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan Bank Negara Malaysia akan mempertahankan suku bunga kebijakan overnight di level 3,00%. Mayoritas ekonom memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga acuan hingga setidaknya tahun 2026.

Bank Negara Malaysia mengatakan, inflasi kemungkinan akan meningkat menyusul pemotongan subsidi solar di sebagian besar wilayah Malaysia pada bulan lalu. Bank sentral juga mempertahankan proyeksi inflasi umum di kisaran 2%-3,5% untuk tahun ini.


Baca Juga: Perbankan Indonesia Lirik Potensi Perluas Kantor Cabang di Luar Negeri

“Ke depan, risiko kenaikan inflasi akan bergantung pada sejauh mana dampak limpahan dari langkah-langkah kebijakan domestik lebih lanjut mengenai subsidi dan pengendalian harga terhadap tren harga yang lebih luas, serta harga komoditas global dan perkembangan pasar keuangan,” kata BNM.

Inflasi tetap rendah tahun ini, dengan indeks harga konsumen naik 2% di bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya, namun bisa meningkat karena pemerintah berupaya menghapus lebih banyak subsidi bahan bakar untuk meningkatkan keuangannya dan menyalurkan bantuan dengan lebih baik kepada masyarakat yang membutuhkan.

Hal ini termasuk subsidi untuk bensin RON95 yang banyak digunakan, yang diperkirakan akan dimulai akhir tahun ini.

Malaysia memberikan subsidi untuk harga barang-barang seperti minyak goreng, beras, dan bahan bakar lainnya, dan biaya tersebut telah membengkak dalam beberapa tahun terakhir, sehingga membebani kas pemerintah.

Bank Negara Malaysia mengatakan indikator-indikator terbaru menunjukkan adanya kekuatan berkelanjutan dalam aktivitas ekonomi, didukung oleh ketahanan belanja domestik, ekspor yang lebih baik, dan peningkatan kunjungan wisatawan.

Baca Juga: Mata Uang Asia Primadona Saat Dolar AS Perkasa

Risiko-risiko negatif terhadap pertumbuhan termasuk permintaan eksternal yang lebih lemah dari perkiraan dan penurunan produksi komoditas yang lebih besar.

“Pada tingkat suku bunga overnight saat ini, sikap kebijakan moneter tetap mendukung perekonomian dan konsisten dengan penilaian inflasi dan prospek pertumbuhan saat ini,” kata Bank Negara Malaysia.

Editor: Herlina Kartika Dewi