KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) terus mencatatkan perbaikan kinerja dari kuartal ke kuartal. Walaupun masih merugi sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, bank digital ini sudah mencatatkan untung pada kuartal III 2022. Seiring dengan perbaikan itu, BNC optimistis tahun 2023 sudah akan mencatatkan keuntungan. Lantaran pendapatan operasi terus meningkat ditopang pertumbuhan kredit dan beban operasi semakin melandai secara kuartalan. Sepanjang Juli-September atau kuartal III, BNC membukukan laba operasi Rp 11 miliar, membaik dari rugi Rp 193 miliar pada kuartal II dan rugi Rp 414 miliar pada kuartal I. Sehingga sepanjang sembilan bulan, perseroan mengalami rugi tahun berjalan Rp 596 miliar.
Direktur Utama BNC Thandra Gunawan mengatakan, membaiknya kinerja perseroan dari kuartal ke kuartal menunjukkan bahwa transformasi dan digilisasi yang dilakukan perseroan sudah berdampak positif terhadap performa perusahaan.
Baca Juga: Bank Digital Makin Ekspansif Mendorong Peningkatan Pengguna Aktif Ia bilang pendapatan operasi BNC sudah meningkat signifikan tidak hanya secara kuartalan tetapi juga secara tahunan. Total pendapatan operasi perseroan mencapai Rp 1,3 triliun sepanjang Januari-September 2022 atau tumbuh 399% secara
year on year (YoY). Sementara beban operasi masih meningkat 151% YoY menjadi Rp 1,24 triliun. Tetapi pada kuartal III telah menurun 49% dari kuartal kuartal III. "Kami optimis BNC tahun 2023 akan jadi tahun
profitable, kita akan membukukan laba. Itu didorong pendapatan operasional yang naik terus dan penurunan beban operasi sehingga margin meningkat," kata Tjandra dalam publik ekspose di Jakarta, Jumat (18/11). Ia menjelaskan, beban operasi bank berkode saham
BBYB ini masih masing meningkat cukup tinggi selama sembilan bulan pertama tahun ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah nasabah perseroan.
Baca Juga: Aksi Rights Issue Padat Merayap, Investor Perlu Mencermati Fundamental Emiten Per September 2022, bank digital ini mencatatkan jumlah
user sebanyak 21 juta. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu baru mencapai sekitar 10 juta. Menurut Tjandra, BNC saat ini sudah mulai masuk ke tahap efisiensi. Meskipun aplikasi Neobank baru diluncurkan pada Maret 2022 tetapi biaya operasional di kuartal II telah turun menjadi Rp 466 miliar dari Rp 540 miliar pada kuartal I. Pada kuartal III, biaya operasional itu turun lagi menjadi Rp 239 miliar. "Walaupun baru lima bulan digital apps kita rilis, tetapi kita terbukti sudah bisa menurunkan biaya operasional," ujarnya. Adapun pertumbuhan pendapatan operasi BNC ditopang oleh peningkatan kredit yang cukup signifikan. Per September 2022, portofolio kredit bank ini mencapai Rp 8,93 triliun atau meningkat 133% secara secara tahunan. Tjandra menjelaskan, pertumbuhan kredit tersebut tidak hanya didorong lewat skema
channeling, tetapi juga lewat pembiayaan langsung lewat dua produk unggulan perseroan yakni pinjaman
cash installment dan
instan cash. Tahun depan, BNC menargetkan kredit bisa tumbuh sebesar 30% secara tahunan.
Baca Juga: Investasi di E-Commerce dan Ojol Anjlok, Bisnis Bank Digital Berpotensi Terganggu Untuk mencapai target meraup laba tahun depan, BNC tidak hanya akan mengandalkan sumber pendapatan bunga. Perseroan juga akan mulai mengoptimalkan pendapatan berbasis
fee dan komisi atau
fee based income (FBI) yang diharapkan meningkat 50%. Dengan jumlah
user bank digital ini yang sudah mencapai 20 juta per September 2022 dan ditargetkan naik jadi 21 juta-22 juta sampai akhir tahun, perseroan sudah bisa fokus untuk meningkatkan transaksi nasabah. "Dengan angka 20 juta ini, kita sudah bisa mengolah datanya sehingga dalam mendorong transaksi kita akan melakukan promosi menggunakan basis data," tambah Tjandra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli