Bank of China bakal mencaplok saham AMMB Holdings



KUALA LUMPUR. Lembaga keuangan asal China dikabarkan akan mengakuisisi AMMB Holdings Bhd, bank asal Malaysia. Gosip yang beredar di kalangan perbankan, peminat saham AMMB adalah Bank of China Bhd (BOC). Pemegang saham AMMB sebelumnya memang berencana untuk melepas saham mereka.

Pemegang saham terbesar AMMB adalah ANZ Banking Group Ltd dengan porsi 24%. Pemilik saham AMMB yang lain, Tan Sri Azman Hashim yang juga chairman dan pendiri AMMB yang menggenggam 16,8% saham secara tidak langsung.

Sumber The Star menyebutkan, pemegang saham yang akan mendivestasikan saham adalah ANZ. Tapi kemungkinan juga Azman ikut melepas saham. Sebab aturan perbankan Malaysia memungkinkan kepemilikan asing sampai 30%.


Analis mencatat, pertumbuhan kinerja di beberapa segmen bisnis AMMB yang tengah melambat membuat ANZ ingin melepas saham mereka. Di kuartal I-2015, laba bersih AMMB menurun 36,7% menjadi RM 339,51 juta. Angka ini terendah sejak Maret 2012.

Kemungkinan ANZ melepas saham AMMB juga didorong dari arah bisnis induk usahanya yang berbasis di Melbourne, Australia. Induk ANZ memaksa untuk melepas kepemilikan saham di Asia.

ANZ membeli saham AMMB  pada tahun 2006. Kala itu, ANZ membeli dalam dua tahap dengan harga rata-rata RM 3,63 per saham. Adapun, total pembelian mencapai RM 2,58 miliar setara dengan price to book value (PBV) sebesar 1,96 kali.

Riset UOB Kayhian menyebutkan, kemungkinan ANZ melepas AMMB cukup besar. Sebab kontribusi pendapatan AMMB ke ANZ kurang dari 3% dari total pendapatan grup.

Selain itu, return of equity (ROE) AMMB di tahun depan berpotensi turun menjadi 10,8%. Angka ini lebih rendah dari rata-rata industri perbankan di 12,8%. Tak ayal harga saham AMMB terus turun. Nilai pasar AMMB saat ini mencapai RM 3,38 miliar.

Sementara, potensi Azman menjual saham AMMB juga cukup besar. Sebab sebelumnya dia menyatakan kalau tidak ada anaknya yang berminat di bisnis keuangan, ia membuka peluang untuk melepas saham AMMB.

Meski begitu, aksi merger dan akuisisi ini masih belum mendapat izin dari Bank Sentral Malaysia. 

Editor: Yudho Winarto