Bank Panin mampu menjaga pertumbuhan



JAKARTA. Pada separuh pertama tahun ini, emiten perbankan rata-rata membukukan kinerja yang cukup bagus. Salah satunya PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) yang membukukan laba bersih Rp 1,1 triliun atau tumbuh 11% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Pencapaian ini telah memenuhi 53% dari proyeksi konsensus selama setahun penuh. Di akhir Juni 2016, laba operasional sebelum pencadangan (pre-provision operating profit atau PPOP) juga tumbuh 40% dibanding periode sama tahun lalu.

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) 22%. Bank Panin juga mampu mengatur beban operasional yang hanya tumbuh 10%. Namun rasio kredit bermasalah (NPL) tumbuh dari 2,6% menjadi 2,8% di akhir Juni 2016.


Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas, dalam riset pada Jumat (29/07), mengatakan, manajemen PNBN memprediksi NPL akan terus tumbuh ke level 3% pada kuartal III dan IV nanti. Sementara pertumbuhan kredit Bank Panin sepanjang enam bulan pertama, yaitu 7%.

Berdasarkan segmentasi, kredit perusahaan tumbuh 29% (yoy), kredit komersial naik 2%. Sedangkan kredit konsumer turun 7% dibanding periode sama tahun lalu.

Analis DBS Vickers Securities Benedictus Agung Swandono dalam risetnya pada Senin (01/08) mengatakan, secara fundamental PNBN berada di jalur dengan pertumbuhan pendapatan di atas rata-rata. Perseroan sedang mengejar pertumbuhan kredit 10%-12% tahun ini. Hal ini terutama didorong pinjaman di bidang UKM dan konsumer.

Wajar jika PNBN tidak terlalu menikmati dampak awal dari pengeluaran biaya proyek infrastruktur tetapi akan menguntungkan di kemudian hari. "Perseroan mulai merasakan efek trickle-down dari kliennya, para UKM di tahun 2017 mendatang," ujarnya.

Bank persepsi Hingga Juni 2016, total aset perseroan meningkat sebanyak 10,13% (yoy) ke Rp 192,11 triliun, sedangkan rasio kecukupan modal (CAR) terjaga di 19,77% (yoy).

Pertumbuhan aset ini disebabkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,87% (yoy) ke Rp 134,22 triliun. Sementara terkait tax amnesty, PNBN telah ditunjuk sebagai salah satu bank persepsi. Ini akan memberikan dampak positif bagi PNBN.

Frederik Rasali, analis Minna Padi Investama, melihat laba dan rugi PNBN di semester pertama tidak banyak berubah dari Rp 1,43 triliun (yoy) di periode sama tahun lalu menjadi Rp 1,48 triliun di Juli 2016.

"Namun cost of fund turun sehingga total beban bunga juga turun dari 60% menjadi 54% dari pendapatan bunga," kata Frederik.

Single digit interest rate masih menjadi tantangan. Bank Panin harus bisa melakukan efisiensi. "Tantangan kedua dari tax amnesty, apakah bisa menarik investor masuk ke produknya," jelas Frederik.

Ia memprediksi, sampai akhir tahun ini pendapatan Bank Panin bisa tumbuh antara 12%-15% dan laba sekitar 17,8%. Benedictus menaikkan status rekomendasi, yakni membeli saham PNBN dengan target Rp 1.000. Tjandra dan Frederik merekomendasikan beli, dengan target Rp 1.000.

Kemarin (02/08), harga saham PNBN naik 0,63% menjadi Rp 800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie