Bank papan atas genjot kredit korporasi



JAKARTA. Kelompok bank papan atas memprediksi pertumbuhan kredit korporasi masih akan tumbuh tinggi hingga akhir tahun 2017 ditopang oleh permintaan kredit untuk infrastruktur dan kredit untuk jasa. Cerminan kenaikan kredit korporasi sudah terlihat dari catatan pertumbuhan kredit di kuartal I-2017.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyampaikan, perusahaan mencatat pertumbuhan kredit korporasi didominasi kredit korporasi BUMN. “Secara umum pertumbuhan kredit korporasi akan sekitar 12% sampai akhir tahun,” kata Haru, kepada KONTAN, Minggu (24/4).

Bank berplat merah ini mencatat kredit korporasi tumbuh 17,6% atau menjadi Rp 182,1 triliun per kuartal I-2017 dibandingkan posisi Rp 154,9 triliun di kuartal I-2016. Komposisi untuk kredit korporasi ke BUMN mencapai Rp 96,4 triliun, sedangkan porsi kredit korporasi untuk swasta senilai Rp 85,7 triliun.


Haru bilang, pihaknya akan selektif dalam menyalurkan kredit ke korporasi untuk menjaga risiko kredit. Misalnya, penyaluran kredit ke sektor yang risikonya terukur dan memberikan imbal hasil yang cukup. BRI mencatat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada korporasi sebesar 3,69% per kuartal I-2017.

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta mengatakan, pihaknya mengincar pertumbuhan kredit korporasi 20% di tahun ini. “Selama proyek infrastruktur masih belum selesai maka masih ada permintaan kredit untuk korporasi,” kata Herry.

Dengan asumsi pertumbuhan kredit korporasi 20% maka aliran kredit akan berkisar Rp 234,37 triliun per akhir tahun ini dari perhitungan realisasi kredit korpoasi sebesar Rp 195,30 triliun per akhir tahun lalu. “Sektor infrastruktur, agribisnis, manufaktur serta jasa dunia usaha menjadi sasaran pembiayaan,” tambahnya.

Bank berlogo 46 ini mencatat kredit korporasi tumbuh 25,7% menjadi Rp 194,86 triliun per kuartal I-2017 dibandingkan posisi Rp 155,06 triliun per kuartal I-2016. Sektor kredit infrastrutur mencatat pertumbuhan 21,51% menjadi Rp 86,89 triliun per kuartal I-2017 dibandingkan posisi Rp 71,50 triliun per kuartal I-2016.

Herry menambahkan, risiko kredit pada korporasi masih terkendali dengan syarat proyek infrastruktur berjalan lancar. Adapun, BNI mencatat kenaikan rasio kredit bermasalah pada kredit korporasi menjadi 2,7% per kuartal I-2017 dibandingkan posisi 2,2% per kuartal I-2016.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menuturkan, sektor infrastruktur seperti jalan tol dan bandar udara masih ada permintaan namun belum dapat diprediksi seberapa besar. “Yang pasti, BCA membidik kredit korporasi tumbuh minimal 10% di tahun ini,” ucapnya.

BCA mencatat kredit korporasi tumbuh 17,9% menjadi Rp 152,56 triliun per kuartal I-2017 dibandingkan posisi Rp 129,41 triliun per kuartal I-2016. Kredit korporasi ini memiliki porsi kredit terbesar atau 37,3% terhadap total kredit BCA yang mencapai Rp 408,91 triliun di kuartal I-2017.

Rudy Susanto, Direktur BCA menambahkan, kredit korporasi dapat tumbuh tinggi karena terjadi permintaan pada sektor perkebunan, jasa keuangan, dan infrastruktur. Misalnya, perusahaan menyalurkan kredit ke infrastruktur Rp 2,6 triliun-Rp 2,7 triliun di kuartal I ini saja. “Harapannya, kedepan permintaan kredit di infrastruktur masih ada,” ucapnya.

Lanjutnya, dalam waktu dekat BCA akan menyalurkan kredit ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekitar Rp 12 triliun dengan cara sindikasi bersama Bank Mandiri, BRI dan BNI. Perusahaan akan melaksanakan kredit sindikasi ini di kuartal II-2017, kebutuhan kredit tersebut untuk capital expenditure PLN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia