Bank Pelat Merah Catatkan Kenaikan Pendapatan Recovery



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan aset-aset hapus buku di bank pelat merah mengalami peningkatan cukup tinggi sepanjang enam bulan pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu. Alhasil, pendapatan recovery merupakan salah satu penopang pertumbuhan pendapatan non bunga mereka semester I. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya, mencatatkan recovery income sebesar Rp 5 triliun.  Capaian itu naik 19% dari semester I tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp 4,2 triliun. 

Di periode ini, perseroan berhasil mengantongi pendapatan non bunga Rp 17,53 triliun, naik 7,6% secara year on year (YoY). Namun, peningkatan ini sejalan pula dengan kenaikan kredit hapus buku BRI. Per Juni 2022, total write off di bank ini mencapai Rp 9 triliun, meningkat dari Rp 5,7 triliun pada semester I tahun lalu. 


Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengantongi pendapatan recovery sebesar Rp 1,95 triliun, tumbuh 68% dari Rp 1,16 triliun pada semester I tahun lalu. Sedangkan kredit hapus buku BNI per Juni 2022 mencapai Rp 5,87 triliun, naik 19,8% dari Rp 4,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Baca Juga: BI Catat Transaksi Mobile Banking Tembus Rp 3.888,09 Triliun hingga Mei 2022

PT Bank Mandiri Tbk menorehkan pendapatan recovery naik 30,2% YoY menjadi Rp 2,6 triliun. Total kredit hapus buku perseroan per Juni mencapai Rp 6,5 triliun, turun dari Rp 7,2 triliun pada posisi yang sama tahun lalu.

Ahmad Siddik Badruddin Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri mengatakan peningkatan recovery tersebut didukung strategi penjualan aset jaminan maupun non jaminan (non-produktif), baik secara non lelang melalui skema novasi atau cessie maupun secara lelang bekerjasama dengan balai lelang dan pihak ketiga lainnya. 

"Sebagian besar recovery income diperoleh dari penjualan aset secara non lelang," kata Siddik pada KONTAN, Kamis (11/8).

Dengan ekspektasi perbaikan ekonomi Indonesia yang berdampak positif terhadap potensi recovery, Bank Mandiri memperkirakan pendapatan recovery tahun ini akan melebihi realisasi recovery income tahun 2021 sebesar Rp 4,6 triliun. 

Namun, Siddik bilang pihaknya akan tetap mengutamakan strategi pendekatan penagihan yang persuasif kepada para debitur, sebelum dilakukan melalui lelang sebagai upaya terakhir.

Baca Juga: Bos Citi Indonesia: Proses Penjualan Bisnis Konsumer ke UOB Masih Berlangsung

Sementara David Prizada Direktur Manajemen Resiko BNI mengatakan, peningkatan pendapatan recovery sejalan dengan langkah agresif perseroan melakukan lelang. BNI melakukan program Gelegar Lelang 2022 bekerjasama dengan DJKN. 

Selain itu, BNI juga mempercepat penyelesaian kredit melalui penjualan secara sukarela dan juga mencari investor baru untuk kredit-kredit bermasalah. Sampai akhir tahun, bank ini menargetkan pendapatan recovery Rp 3,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi