Bank pelat merah ramai-ramai perkuat bisnis keuangan lewat akuisisi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi bank plat merah di 2019 kian masif. Dari empat bank BUMN yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN, anggota indeks Kompas100) sudah dan akan melangsungkan pelebaran bisnis di tahun ini.

Terbaru misalnya, BTN telah memboyong saham 30% PT Penanaman Nasional Madani Investment Management (PNIM) agar lebih leluasa mengelola dana tabungan perumahan rakyat (Tapera) yang nilai indikatifnya dapat mencapai Rp 50 triliun. Selain itu, pihaknya juga berharap akuisisi saham ini dapat terus ditingkatkan serta memberikan imbal hasil berupa fee based income (FBI) terhadap kinerja perseroan.

Untuk memuluskan rencana ini, BTN setidaknya sudah mengeluarkan dana sebanyak Rp 114,3 miliar. Tidak puas hanya satu perusahaan yang dibeli sahamnya, BTN juga berniat membentuk dua anak perusahaan lagi di tahun ini yakni di bidang modal ventura dan asuransi jiwa.


Sampai dengan tahun 2020, Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso berharap pihaknya bisa memiliki empat anak usaha termasuk bank syariah leburan dari unit usaha syariah (UUS) perseroan. Dalam kurun waktu 1 tahun ke depan, perseroan sudah mempersiapkan anggaran sebesar Rp 2 triliun.

Lebih lanjut, BTN mengisyaratkan sebelum akhir semester I-2019 pihaknya akan mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang modal ventura. Hal ini sejalan dengan arahan dari Kementerian BUMN kepada bank plat merah untuk pengembangan digital banking dan teknologi finansial (Tekfin).

Di sisi lain, pembentukan anak usaha modal ventura tersebut utamanya dilakukan agar BTN dapat memiliki saham di PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) untuk pengembangan aplikasi pembayaran milik BUMN yakni LinkAja.

"Kementerian BUMN menyampaikan, BTN punya kesempatan untuk memiliki saham 7%-10%. Untuk itu harus punya anak perusahaan (modal ventura), karena aturan OJK tidak memperbolehkan kepemilikan secara langsung," terangnya.

Selain modal ventura, Mahelan juga mengatakan tahun ini BTN akan merampungkan rencana akuisisi saham perusahaan asuransi jiwa. Walau tidak merinci secara detail, pihaknya menyebut khusus asuransi jiwa BTN akan menggandeng beberapa perusahaan BUMN salah satunya Jiwasraya.

"Kita akan bentuk asuransi jiwa bersama, kerjasama dengan asuransi Jiwasraya dan ada beberapa perusahaan BUMN lain," katanya.

Memang, sebelumnya BTN bersama dengan BUMN lainnya yaitu PT Pegadaian, PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Telkomsel sepakat menjadi partner strategis untuk membentuk anak usaha Jiwasraya dengan lisensi yaitu Jiwasraya Putra yang bergerak di bidang asuransi jiwa.

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menyatakan Jiwasraya Putra diperkirakan berdiri pada Juni 2019. Tujuan pembentukan anak usaha asuransi jiwa yakni untuk melengkapi layanan perbankan yang saat ini sudah dimiliki BTN.

Nah, bila kedua rencana tersebut sudah terealisasi, BTN baru akan melakukan pelepasan unit usaha syariah (UUS) BTN menjadi anak usaha alias spin off. 

Guna memuluskan ekspansi tersebut, bank spesialis kredit perumahan ini sudah menyiapkan dana sebesar Rp 2 triliun hingga tahun 2020. "Kita siapkan kurang lebih Rp 2 triliun. Bisa lebih, tapi masih di kisaran itu," jelasnya.

Sebelum BTN, BRI akhir tahun lalu juga sudah melangsungkan aksi korporasi lewat pembelian saham di tiga perusahaan. Ketiga perusahaan tersebut yakni Danareksa Sekuritas, Danareksa Investment Management (DIM) dan perusahaan modal ventura yang diberi nama BRI Ventura Investama.

Bila merujuk pada keterangan resmi di bursa, akhir Desember 2018 lalu BRI sudah mengempit 68% saham di Danareksa Sekuritas, 35% saham DIM. Sementara 97,61% saham BRI Ventura Investama juga sudah diborong oleh BRI. 

Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan pihaknya masih memiliki rencana untuk memperkuat cakupan bisnis perusahaan di tahun ini lewat akuisisi beberapa perusahaan lagi. Sayangnya, Suprajarto masih belum dapat merinci secara detail terkait nama perusahaan dan bidangnya.

Hanya saja, pihaknya memastikan perusahaan yang akan dicaplok masih akan bergerak di bidang lembaga keuangan. "Ada (rencana akuisisi lembaga keuangan tahun ini) tapi masih belum bisa dirilis," terangnya, Selasa (22/4) malam.

Tak ketinggalan, BNI juga mengatakan hal serupa. Pihaknya bahkan sudah menyiapkan dana sekitar Rp 3 triliun-Rp 4 triliun untuk melakukan ekspansi anorganik tahun ini. Sebelumnya, bank berlogo 46 ini berencana untuk mengakuisisi tiga lembaga keuangan yakni perbankan, asuransi dan perusahaan teknologi finansial (tekfin).

Pemimpin Divisi Pengelola Perusahaan Anak BNI Teddy Erdius Saputra menjelaskan untuk di tahun ini rencana yang akan terealisasi adalah akuisisi tekfin dan asuransi umum.

Namun, untuk membeli saham tekfin secara regulasi perbankan diharuskan memiliki perusahaan modal ventura. Adapun, perusahaan tekfin yang akan dibeli sahamnya antara lain PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang membawahi produk pembayaran digital jagoan BUMN yakni LinkAja.

"Modal ventura (PMV) termasuk dalam kategori LJK, yang lazim digunakan sebagai investment vehicle oleh bank-bank untuk investasi di fintech," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/4).

Sementara itu, porsi BNI di Finarya nantinya diperkirakan akan sebesar 20%. Sisa saham di Finarya kelak akan diboyong oleh Bank BUMN sesuai dengan kapasitas masing-masing perusahaan.

Selain modal ventura dan tekfin, tahun ini Teddy juga mengatakan kalau BNI punya rencana untuk melakukan akuisisi dengan perusahaan di bidang asuransi umum. Sayangnya, BNI belum dapat memberikan nama perusahaan yang tengah disasar.

Terakhir, Bank Mandiri sejak awal tahun lalu menyatakan kalau pihaknya punya rencana untuk membeli satu bank di Tanah Air yang masuk kategori bank menengah alias BUKU III dengan modal inti di atas Rp 5 triliun. Belakangan santer dikabarkan kalau Bank Mandiri berniat untuk membeli PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan sudah masuk tahap finalisasi atau due diligence.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan alasan perseroan berencana membeli bank adalah untuk memperkuat layanan keuangan serta melengkapi produk yang sudah ada saat ini.

Pun, dana yang disiapkan untuk proses akuisisi ini berasal dari kelebihan modal Bank Mandiri yang berjumlah mencapai Rp 30 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi