Bank Pelat Merah Terus Genjot Portofolio Pembiayaan ESG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank pelat merah semakin gencar menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi berkelanjutan yang sejalan dengan pilar Environment, Social, dan Governance (ESG). Hal ini seiring dengan komitmen perbankan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia pada isu lingkungan, salah satunya mencanangkan program Net Zero Emision 2060. 

Misalnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus meningkatkan porsi kredit keberlanjutan atau pinjaman berbasis ESG (Environmental, Social & Governance), yang porsinya terus meningkat menjadi 67,2% dari total portofolio kredit.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI Sunarso yang menjelaskan bahwa penerapan kredit berbasis ESG terus dilakukan dalam kegiatan bisnis maupun operasional perusahaan.


“Hal itu terlihat dari porsi kredit ESG BRI yang telah mencapai 67,2% dari total portofolio kredit, atau senilai Rp 732,3 triliun hingga akhir triwulan II 2023,” ucap Sunarso beberapa waktu lalu.

Hal tersebut tak terlepas dari komitmen BRI yang terus memperkuat praktik keuangan berkelanjutan yang menjadi strategi utama perseroan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Adapun penopang utama pertumbuhan kredit berbasis ESG BRI yakni aspek sosial melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Baca Juga: DPBM Sebut Investasi pada Instrumen ESG Baru 1% dari Total Investasi

BRI tak hanya memberikan akses pembiayaan kepada segmen UMKM, tapi juga melakukan program pemberdayaan di antaranya Desa Brilian, Program Klasterku Hidupku dan Rumah BUMN dengan tujuan mendorong para pelaku UMKM naik kelas.

Sunarso mencontohkan bahwa pihaknya telah memiliki program Desa BRILian, dimana hingga akhir BRI telah memberdayakan 2.449 desa binaan di seluruh Indonesia.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atau Bank Mandiri juga tak ketinggalan mengucurkan pembiayaan berbasis ESG. Kredit ini disalurkan perseroan melalui dua sektor yakni industri ekonomi hijau seperti pembangunan EBT dan sosial masyarakat misalnya kredit usaha rakyat (KUR).

Pada semester pertama 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan ESG sebesar Rp 242 triliun dengan pembagian sebanyak Rp 115 triliun untuk sektor ekonomi hijau dan senilai Rp 127 triliun untuk sektor sosial. Angka tersebut berkontribusi sebesar 24,6% dari total kredit yang disalurkan perseroan periode tersebut.

“Realisasi ini merupakan bukti nyata penerapan keuangan berkelanjutan oleh Bank Mandiri sekaligus wujud komitmen kami mendukung transisi Indonesia menuju net zero emission (NZE) tahun 2060 dan tercapainya United Nations Sustainable Development Goals (UN SDGs),” ungkap ujar Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar.

Menurutnya, sebagai bank pelat merah, Bank Mandiri berkomitmen terus mengembangkan sustainable banking. Untuk itu BMRI konsisten mengembangkan produk-produk keuangan berkelanjutan, baik dari sisi pembiayaan hijau (green financing) maupun dari sisi pendanaan (sustainable funding instruments).

Sebagai salah satu First Movers on Sustainable Banking, Bank Mandiri juga terus menggenjot penyaluran green financing di tanah air. Kucuran kredit ini ditujukan untuk proyek-proyek atau kegiatan usaha berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Hasilnya sampai kuartal II-2023, porsi terbesar pembiayaan hijau Bank Mandiri disalurkan ke sektor pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) sebesar Rp 95,6 triliun. Disusul penyaluran pembiayaan untuk sektor energi terbarukan (renewable energy) sebesar Rp 8,9 triliun, eco-efficient products Rp 4,7 triliun dan clean transportation Rp 3,2 triliun, serta sektor hijau lainnya sebesar Rp 2,8 triliun.

Baca Juga: Penyaluran Kredit ESG BRI Capai Rp 732,3 Triliun pada Semester I 2023

Adapun PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau Bank BCA telah menyalurkan pembiayaan berbasis ESG sebesar Rp 181,2 triliun pada semester I-2023 atau tumbuh sebesar 6,9% secara tahunan. Angka tersebut jika dikalkulasikan sebesar 24,3% dari total penyaluran kredit keseluruhan. 

Secara umum penyaluran kredit Bank BCA difokuskan untuk pembangunan sektor EBT dan pembiayaan kendaraan bertenaga baterai listrik. Bahkan bank swasta ini menetapkan angka di bawah 1% untuk pembiayaan sektor industri ekstraktif batu bara dari total kredit perseroan.

"Saat ini BCA telah melayani 450 debitur yang memenuhi ketentuan ESG dari berbagai sektor. Jadi pembiayaan berkelanjutan tidak melulu hanya bicara green financing saja, akan tetapi juga juga dalam konteks tata kelola (governance) dan sosial," ujar Direktur Keuangan BCA, Vera Eve Lim. 

Dalam hal ini, BCA memberikan parameter khusus untuk debitur, seperti perusahaan yang telah mendukung kesetaraan gender yang dinilai BCA penting untuk mendukung keberlanjutan sebuah usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .