KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kala kredit tumbuh tidak terlalu kencang, bisnis treasuri bank justru mencetak kenaikan cukup signifikan. Gejala ini khususnya terjadi pada bisnis jual beli surat berharga yang masuk dalam manajemen aset dan liabilitas. Panji Irawan, Direktur Treasuri dan International PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengatakan, bisnis pengelolaan aset dan liabilitas menghasilkan pendapatan berupa
capital gain maupun
forex gain. BNI sendiri terus mengembangkan bisnis aset dan liabilitas dalam tiga tahun terakhir ini. "Dengan inovasi baru pada
hedging,
intermediary,
arbitrage,
proprietary,
gapping,
investment banking dan
trading portfolio management," tutur Panji kepada KONTAN, Kamis (7/12).
Saat ini, kata Panji, volume transaksi forex atau valas, obligasi,
money market dan turunannya, bernilai tak kurang dari Rp 5,000 triliun per tahun atau sekitar Rp 20 triliun per hari. Ke depan seiring perbaikan kondisi ekonomi, bisnis dan produk yang terkait dengan aset dan
liability management akan semakin berkembang dan prospektif. Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI menambahkan, tahun depan seiring berubahnya perhitungan rasio likuiditas bank dari
loan to funding ratio (LFR) menjadi
financing to funding ratio (FFR) maka transaksi surat berharga akan semakin besar. "Bisnis treasuri dan aset manajemen liabilitasakan semakin besar seiring berlakunya FFR," tutur Herry. Tanpa menyebut nominalnya, Mahelan Prabantariksa, Direktur
Strategy, Risk and Compliance PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan, pendapatan komisi alias
fee based income BTN dari bisnis treasuri mencetak kenaikan cukup tinggi, yakni mencapai 100% hingga 200%. Likuiditas bank gemuk Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, bisnis jual beli surat berharga merupakan salah satu strategi bank untuk meningkatkan kinerja. "Ini salah satu strategi bank meningkatkan pendapatan di tengah pertumbuhan kredit yang kurang menggembirakan," ujar Aslan kepada KONTAN, Kamis (7/12). Menurut Aslan, dalam beberapa tahun terakhir, surat berharga mencetak kenaikan harga. Efeknya, bisnis treasuri perbankan membukukan kenaikan kinerja yang cukup besar.
Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menambahkan, kala pertumbuhan kredit belum kencang, likuiditas bank bertambah gemuk. "Oleh karena itu bank memilih menempatkan dana di surat berharga untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal," ujar Boedi. Hal tersebut diamini bankir. Hexana Tri Sasongko, DEVP Global Treasury PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menuturkan, untuk meningkatkan bisnis treasuri, BRI akan mengoptimalkan jual beli surat berhaga. "Kami sangat aktif di pasar terutama
primary dealer terbesar di pasar SBN. Ke depan kami akan kembangkan untuk menjadi
market maker," kata Hexana. Ia menambahkan, BRI juga akan meritelkan surat berharga terutama obligasi korporasi. Berdasarkan POJK, baru SBN yang diizinkan untuk diritelkan. Hexana menyebut, BRI juga akan melakukan
leverage portofolio surat berharga untuk mendukung layanan, semisal
wealth manajement. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dessy Rosalina