Bank Permata berambisi jadi BUKU 4



JAKARTA. PT Bank Permata Tbk (BNLI) berambisi menjadi bank BUKU 4 dengan modal inti minimal Rp 30 triliun. Direktur Utama Bank Permata Roy A. Arfandy mengatakan, pihaknya ingin menjadi bank kelas kakap dengan dukungan dari pemegang saham. Sebab, mereka yang memiliki modal.

“Kami akan lihat komitmen pemegang saham untuk dua tahun-tiga tahun ke depan,” katanya, usai acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Selasa (29/3). Bank milik Astra International dan Standard Chartered ini membutuhkan tambahan modal minimal Rp 10 triliun untuk menjadi bank papan atas bermodal inti Rp 30 triliun.

Bank Permata berkomitmen untuk memperkuat modal. Salah satunya dengan berniat merealisasikan rights issue senilai Rp 5,5 triliun pada kuartal II-2016. Selanjutnya, perusahaan akan memiliki modal inti Rp 20,76 triliun dari sebelumnya Rp 15,26 triliun per Desember 2015, dan total modal akan mencapai Rp 26,86 triliun dari posisi Rp 21,36 triliun per akhir 2015.


Roy menyebut, Astra International dan Standard Chartered masih berkomitmen untuk menyerap rencana penerbitan rights issue. Dus, sejauh ini belum ada perubahan pemegang saham di Bank Permata. “Dua pemegang saham itu masih akan absorb saham Bank Permata,” terangnya.

Adapun, dengan rencana rights issue tersebut, maka rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) akan mencapai 17%-18%. Saat ini, Bank Permata memiliki rasio CAR sebesar 15,00% per Desember 2015, atau naik 2% dibandingkan posisi 13,58% per Desember 2014.

Roy bilang, penambahan modal tersebut untuk penguatan bisnis dalam menghadapi aturan basel III. Selain itu, perusahaan akan menggunakan tambahan modal untuk ekspansi organik seperti penyaluran kredit. “Kami membidik pertumbuhan kredit sebesar 8% hingga 10% di tahun 2016,” ucapnya.

Jika pertumbuhan ekonomi membaik, perusahaan tak segan untuk merevisi pertumbuhan kredit ke batas atas di semester II-2016. Harapannya pertumbuhan kredit Bank Permata akan sejajar dengan rata-rata target kredit perbankan sebesar 12%-14% di tahun ini. Sektor yang menjadi andalan adalah makanan dan minuman, infrastruktur pendukung dan ritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini