JAKARTA. Dua bank swasta mempertahankan pendapatan laba untuk memperkuat modal guna meningkatkan penyaluran kredit. Misalnya, Bank Permata dan Internasional Indonesia (BII), mencatat kenaikan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 1%, setelah menahan pendapatan laba dari kinerja tahun 2014. Roy A. Arfandy, Presiden Direktur Bank Permata mengatakan, dari laba bersih sebesar Rp 1,59 triliun per Desember 2014 terbagi untuk modal dan pembagian dividen. Sebesar Rp 1,42 triliun sebagai laba ditahan dan Rp 166,37 miliar atau Rp 14 per saham untuk pembagian dividen tunai kepada pemegang saham. “Penambahan laba ini memperkuat rasio modal menjadi 14%, dari posisi modal 13,6% per Desember 2014,” kata Roy, usai RUPST Bank Permata, Jumat (24/4). Lanjutnya, CAR sebesar 14% cukup untuk membiayai pertumbuhan kredit sebesar 10% pada tahun ini, dengan fokus pembiayaan di usaha kecil dan menengah (UKM) yang tumbuh sebesar 15%. Dengan asumsi pertumbuhan kredit sebesar 10% maka perusahaan akan menyalurkan kredit baru sekitar Rp 13 triliun atau outstanding kredit akan mencapai sekitar Rp 144 triliun pada akhir tahun 2015. Mayoritas kredit akan mengalir ke UKM karena potensi besar, serta pendapatan bunganya tinggi. Roy menambahkan, pihaknya mencari alternatif sumber dana lain untuk mencapai target kredit. Seperti menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dengan target pertumbuhan 11%-12%, serta rencana right issue pada tahun ini. “Selain untuk kredit, rencana issue untuk memperkuat modal menghadapi aturan basel III,” tambahnya. Sementara itu, Thilagavanthy Nadason, Direktur Keuangan BII, mengatakan, pihaknya memperoleh penambahan modal sebesar 1% menjadi 16,22% per Januari 2015, dari posisi 16,01% per Desember 2014. Tambahan modal dari sisa laba ditahan sebesar Rp 663,59 miliar dari pendapatan besar sebesar Rp 699 miliar per Desember 2014. “Kami akan menjaga CAR di kisaran 16% dengan pertumbuhan kredit konservatif,” ucap Thila. Adapun, BII menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15% di tahun ini. Lanjutnya, rasio modal yang mencapai 16% tersebut membuat perusahaan menunda rencana melakukan right issue untuk modal kredit. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Permata dan BII tahan laba untuk modal
JAKARTA. Dua bank swasta mempertahankan pendapatan laba untuk memperkuat modal guna meningkatkan penyaluran kredit. Misalnya, Bank Permata dan Internasional Indonesia (BII), mencatat kenaikan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 1%, setelah menahan pendapatan laba dari kinerja tahun 2014. Roy A. Arfandy, Presiden Direktur Bank Permata mengatakan, dari laba bersih sebesar Rp 1,59 triliun per Desember 2014 terbagi untuk modal dan pembagian dividen. Sebesar Rp 1,42 triliun sebagai laba ditahan dan Rp 166,37 miliar atau Rp 14 per saham untuk pembagian dividen tunai kepada pemegang saham. “Penambahan laba ini memperkuat rasio modal menjadi 14%, dari posisi modal 13,6% per Desember 2014,” kata Roy, usai RUPST Bank Permata, Jumat (24/4). Lanjutnya, CAR sebesar 14% cukup untuk membiayai pertumbuhan kredit sebesar 10% pada tahun ini, dengan fokus pembiayaan di usaha kecil dan menengah (UKM) yang tumbuh sebesar 15%. Dengan asumsi pertumbuhan kredit sebesar 10% maka perusahaan akan menyalurkan kredit baru sekitar Rp 13 triliun atau outstanding kredit akan mencapai sekitar Rp 144 triliun pada akhir tahun 2015. Mayoritas kredit akan mengalir ke UKM karena potensi besar, serta pendapatan bunganya tinggi. Roy menambahkan, pihaknya mencari alternatif sumber dana lain untuk mencapai target kredit. Seperti menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dengan target pertumbuhan 11%-12%, serta rencana right issue pada tahun ini. “Selain untuk kredit, rencana issue untuk memperkuat modal menghadapi aturan basel III,” tambahnya. Sementara itu, Thilagavanthy Nadason, Direktur Keuangan BII, mengatakan, pihaknya memperoleh penambahan modal sebesar 1% menjadi 16,22% per Januari 2015, dari posisi 16,01% per Desember 2014. Tambahan modal dari sisa laba ditahan sebesar Rp 663,59 miliar dari pendapatan besar sebesar Rp 699 miliar per Desember 2014. “Kami akan menjaga CAR di kisaran 16% dengan pertumbuhan kredit konservatif,” ucap Thila. Adapun, BII menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15% di tahun ini. Lanjutnya, rasio modal yang mencapai 16% tersebut membuat perusahaan menunda rencana melakukan right issue untuk modal kredit. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News