Bank Permata investasi di bisnis transaksi



JAKARTA. Bank Permata  menyiapkan dana sebesar US$ 50 juta - US$ 60 juta untuk mengembangkan bisnis transaction banking dalam tiga tahun mendatang. Sebagian besar dana akan mengalir ke pengembangan sistem teknologi informasi.

Rudy Tandjung, Head Transaction Banking Bank Permata, menjelaskan pengembangan transaction banking bisa mendorong pendapatan perusahaan.

Kontribusi transaction banking ke wholesale banking mencapai 35%. Sedangkan wholesale banking menyumbang 20% pendapatan non bunga atau fee based income perusahaan. "Kontribusi fee based income ke pendapatan keseluruhan sebesar 27%, yang diharapkan tumbuh menjadi 30%," kata Rudy, Selasa (19/11).


Peluang transaction banking semakin lebar saat  penggunaan masyarakat akan uang tunai semakin besar. Selain pengembangan teknologi, perusahaan juga akan mengembangkan produk.

Dana investasi transaction banking tersebut jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Lihat saja, dalam dua tahun terakhir, dana investasi bisnis ini total US$ 5 juta. Tahun ini kebagian US$ 3 juta.

Selama ini, kontribusi fee based income Permata berasal dari bisnis transaction banking, cash management dan transaksi valuta asing. Hingga September lalu, fee based income Permata telah bertumbuh 20% year on year.

Roy Arfandy, Direktur Wholesale Banking Bank Permata, mengatakan pihaknya akan fokus pada pendapatan berbasis biaya. "Di wholesale, kami akan fokus pada sektor industri yang tahan fluktuasi ekonomi seperti industri makanan dan minuman, logistik dan transportasi, serta infrastruktur," ucap Roy. Bank Permata juga menargetkan, pertumbuhan kredit dan pendapatan pada kisaran 15%-20% di tahun depan.

A. Tony Prasetiantono, Komisaris Independen Bank Permata, tidak setuju dengan pandangan mengenai perlambatan ekonomi di tahun depan. Dia bilang, tahun depan merupakan tahun peluang, karena tidak ada tekanan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), sehingga tingkat inflasi bisa terjaga di 6%-6,5%.

Tony melihat, pertumbuhan kredit Bank Permata mencapai 19%. "Terutama dengan melihat tingkat non-performing loan (NPL). Jadi, kami melihat kesehatan perbankan masih baik," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo