KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk yang telah berganti nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk mencatatkan kerugian senilai Rp 1,83 triliun di September 2021. Padahal posisi yang sama tahun lalu masih mampu mencatatkan laba bersih Rp 25,40 miliar. Merujuk laporan keuangan yang telah dipublikasikan pada Senin (22/11), penurunan laba terjadi karena membengkaknya beban kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar Rp 2,29 triliun pada kuartal ketiga 2021. Jauh meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 231,96 miliar. Padahal bank bersandi saham
AGRO ini mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih 41,84%
year on year (yoy) dari Rp 462,97 miliar menjadi Rp 656,67 miliar hingga kuartal ketiga 2021.
Kerugian yang dialami oleh Bank Raya ini telah disoroti oleh induk perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan laba BRI secara bank only mencapai Rp 20,4 triliun. Lebih tinggi dibandingkan pencapaian secara konsolidasi Rp 19,07 triliun hingga kuartal ketiga 2021. “Laba konsolidasi itu termasuk mengakomodir rugi dari BRI Agro (Bank Raya). Ini yang perlu BRI bereskan,” ujar Sunarso pada paparan kinerja kuartal III-2021, belum lama ini Adapun fungsi intermediasi yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ini mengalami penurunan. Kredit Bank Raya tercatat senilai Rp 14,32 triliun. Nilai itu turun 28,11% yoy dari September 2020 senilai Rp 19,92 triliun.
Baca Juga: Bank Raya (AGRO) bidik rights issue Rp 1,16 triliun, BRI siap eksekusi seluruh haknya Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Raya juga turun 26,73% yoy dari September 2020 senilai Rp 23,01 triliun menjadi Rp 16,86 triliun di September 2021. Bank Raya juga mengalami penurunan modal inti (tier 1) 42,93% yoy dari Rp 4,17 triliun di September 2020 menjadi Rp 2,38 triliun di September 2021. Sehingga rasio kecukupan modal minimum atau
capital adequacy ratio (CAR) Bank Raya turun dari 22,60% menjadi 17,48% di kuartal ketiga 2021. Kendati demikian, rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) Bank Raya berhasil turun dari 7,24% di September 2020 menjadi 4,61% di September 2021. Kerugian bank membuat rasio
return on asset (ROA) menjadi negatif 10,36% dan
return on equity (ROE) minus 69,23%. Peningkatan beban kerugian juga membuat biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank menjadi 97,76% pada kuartal ketiga 2020 menjadi 237,74% di kuartal ketiga 2021. Sedangkan rasio penyaluran kredit terhadap total DPK atau
loan to deposit ratio (LDR) terjaga di level 84,93%.
Asal tahu saja, Bank Raya AGRO akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau
rights issue dengan membidik dana sebesar Rp 1,16 triliun. Perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 1.05 miliar dengan nominal Rp 100 per saham atau setara 4,64% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham
rights issue ini akan ditawarkan dengan harga Rp 1.100 per saham. Berdasarkan prospektus
rights issue yang diterbitkan Bank Raya, Jumat (19/11), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai pengendali dengan kepemilikan 85,7% pada saham perseroan akan mengeksekusi seluruh haknya dalam
rights issue ini. BRI Danareksa Sekuritas akan menjadi pembeli siaga dalam
rights issue ini dan siap membeli seluruh sisa saham sebanyak-banyaknya 150.831.244 saham yang tidak diserap dalam
rights issue ini. Adapun dana yang diperoleh dari
rights issue ini akan digunakan BRI Agro untuk penguatan permodalan terutama sebagai modal kerja Perseroan dalam rangka penyaluran dana berbentuk kredit berbasis digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .