JAKARTA. Bank Sahabat Sampoerna berani melakukan ekspansi agresif tahun ini. Bank milik Grup Sampoerna ini memasang target pertumbuhan kredit 50% hingga akhir tahun ini.Menurut Indra Wijaya Supriadi, Direktur Utama Bank Sahabat Sampoerna, target pertumbuhan kredit tahun ini sebetulnya lebih kecil dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit di akhir tahun lalu yang mencapai 70%. "Bank dengan size kecil seperti kami memang harus agresif. Jika tidak demikian, kami akan terus kerdil," kata Indra, di Jakarta, Jumat, (7/1).Hingga per Desember 2013, volume penyaluran kredit mencapai Rp 1,7 triliun. Meningkat dibanding per Desember 2012 yang mencapai Rp 1 triliun. Dengan demikian, tahun ini penyaluran kredit di Bank Sahabat Sampoerna ditargetkan mencapai Rp 2,55 triliun.Indra mengakui tingginya target pertumbuhan kredit di Bank Sahabat Sampoerna mendapat perhatian serius dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK meminta agar pihaknya berhati-hati dan tidak terlalu agresif mengingat situasi ekonomi nasional belum stabil. "OJK mengkhawatirkan rasio kredit macet atau NPL kami jadi meningkat," jelas Indra.Namun Indra menegaskan NPL Bank Sahabat Sampoerna tetap akan terkendali dibawah 2%. Tahun lalu NPL sebesar 1,6%. Dengan penyaluran kredit hampir 100% kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), ia optimis target tahun ini akan tercapai. Selain potensinya memang masih besar, dukungan chanelling dengan 119 cabang Koperasi Sahabat UKM binaan Bank Sahabat Sampoerna ini memiliki persebaran yang luas. Mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi. "Untuk tahun ini, jaringan koperasi kita akan mulai memasuki Indonesia Timur," pungkas Indra.Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) sendiri memberikan arahan bagi pelaku industri perbankan agar memperlambat penyaluran kredit tahun ini sehingga pertumbuhan kredit berada di kisaran 15%-17%. Arahan ini dikeluarkan mengingat situasi ekonomi global yang masih membayangi pelemahan nilai tukar rupiah rupiah serta defisit neraca transaksi berjalan yang diperkirakan memperlambat pertumbuhan ekonomi tahun iniCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Sahabat Sampoerna targetkan kredit tumbuh 50%
JAKARTA. Bank Sahabat Sampoerna berani melakukan ekspansi agresif tahun ini. Bank milik Grup Sampoerna ini memasang target pertumbuhan kredit 50% hingga akhir tahun ini.Menurut Indra Wijaya Supriadi, Direktur Utama Bank Sahabat Sampoerna, target pertumbuhan kredit tahun ini sebetulnya lebih kecil dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit di akhir tahun lalu yang mencapai 70%. "Bank dengan size kecil seperti kami memang harus agresif. Jika tidak demikian, kami akan terus kerdil," kata Indra, di Jakarta, Jumat, (7/1).Hingga per Desember 2013, volume penyaluran kredit mencapai Rp 1,7 triliun. Meningkat dibanding per Desember 2012 yang mencapai Rp 1 triliun. Dengan demikian, tahun ini penyaluran kredit di Bank Sahabat Sampoerna ditargetkan mencapai Rp 2,55 triliun.Indra mengakui tingginya target pertumbuhan kredit di Bank Sahabat Sampoerna mendapat perhatian serius dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK meminta agar pihaknya berhati-hati dan tidak terlalu agresif mengingat situasi ekonomi nasional belum stabil. "OJK mengkhawatirkan rasio kredit macet atau NPL kami jadi meningkat," jelas Indra.Namun Indra menegaskan NPL Bank Sahabat Sampoerna tetap akan terkendali dibawah 2%. Tahun lalu NPL sebesar 1,6%. Dengan penyaluran kredit hampir 100% kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), ia optimis target tahun ini akan tercapai. Selain potensinya memang masih besar, dukungan chanelling dengan 119 cabang Koperasi Sahabat UKM binaan Bank Sahabat Sampoerna ini memiliki persebaran yang luas. Mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi. "Untuk tahun ini, jaringan koperasi kita akan mulai memasuki Indonesia Timur," pungkas Indra.Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) sendiri memberikan arahan bagi pelaku industri perbankan agar memperlambat penyaluran kredit tahun ini sehingga pertumbuhan kredit berada di kisaran 15%-17%. Arahan ini dikeluarkan mengingat situasi ekonomi global yang masih membayangi pelemahan nilai tukar rupiah rupiah serta defisit neraca transaksi berjalan yang diperkirakan memperlambat pertumbuhan ekonomi tahun iniCek Berita dan Artikel yang lain di Google News