KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) optimis dalam menjaga laju penyaluran kredit UMKM di tahun pemilu. Direktur
Information Technology Bank Sampoerna Hendra Rahardja menilai, perubahan regulasi di tahun politik akan tertahan untuk tidak berubah sehingga masih belum mempengaruhi perbankan secara signifikan, khususnya di segmen UMKM. "Saya malah melihat
opportunity. Jadi semua aturan saya rasa sih ngeliat semua akan ngerem 2023-2024. Mungkin aturan-aturan baru di 2025, buat bank ya kita
enjoy saja selalu ada
opportunity,” ucap Hendra, Selasa (21/11).
Hendra mengulas, secara data industri, kredit perbankan biasanya cenderung turun saat satu tahun sebelum pemilu. Namun, penurunan kredit itu lebih banyak di segmen korporasi-komersial, di segmen UMKM justru pengaruhnya cenderung tidak menurun.
Baca Juga: Dampak Suku Bunga Tinggi, Kenaikan Biaya Dana Bank Diperkirakan Berlanjut di 2024 “Jadi tahun sebelum pemilu yang biasa-biasa turun. Tahun ini sih tidak, tidak terjadi, jadi cukup baiklah, secara
market industri pun naik kayaknya tetap di bawah 10% - 9% gitu ya,” ucap Hendra. Pada kuartal III tahun ini, Bank Sampoerna telah menyalurkan kredit senilai Rp 11,3 triliun, atau tumbuh 23,1% dibandingkan periode sama tahun lalu (YoY). Adapun sektor UMKM menyumbang porsi di kisaran 60% dari total pinjaman atau sebesar Rp 6,8 triliun. Namun, besarnya porsi kredit untuk sektor UMKM ini membuat rasio kredit bermasalah (NPL) Bank Sampoerna naik. Rasio NPL bruto Bank Sampoerna per September 2023 ada di level 3,6% dan NPL neto sebesar 1,9%, meningkat dari tahun lalu di mana NPL bruto di level 2,80% dan NPL neto di level 1,20%. Hendra mengatakan, untuk menjaga rasio NPL, Bank Sampoerna akan berupaya dengan mengantisipasi apabila ada kondisi ekonomi yang kurang baik di sisi bank, ditambah dengan upaya untuk memperbesar aset atau
lending Dari sisi nasabah, Hendra mengungkap bank akan melakukan personal
approach untuk mencari solusi agar bisa terhindar dari NPL.
Baca Juga: Lelang Perdana SVBI Diikuti 12 Bank, Serap US$ 236,5 Juta “Cuma balik lagi pemberian kredit ke UMKM,
touch-nya beda, jadi kalau seperti
retail mungkin kita tak perlu tahu
customer-nya kita bebas pakai
credit scoring yang tanpa
human touch ya. Nah UMKM ini unik, makanya kita tetap harus punya jaringan
network yang cukup luas sehingga ada interaksi antara bank ke
customer,” ujar Hendra. Ke depan, Hendra optimis NPL bisa terjaga di batas atas ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di tahun depan, Ia menyebut Bank Sampoerna akan tetap menaruh fokus pada segmen UMKM, sebagaimana yang tercantum dalam visi dan misi perusahaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi