Bank Sampoerna Telah Salurkan Kredit Rp 11,3 Triliun Hingga September 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) telah menyalurkan kredit senilai Rp 11,3 triliun hingga periode yang berakhir 30 September 2023. Angka tersebut meningkat 23,1% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna, Henky Suryaputra mengungkapkan sektor UMKM merupakan penerima terbesar pinjaman yang diberikan Bank Sampoerna. Sekitar 60% dari pinjaman atau sebesar Rp 6,8 triliun, secara langsung maupun tidak langsung diterima oleh segmen ini.

Peningkatan penyaluran kredit yang dilakukan Bank Sampoerna juga sejalan dengan peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Di periode yang sama, DPK yang terakumulasi di Bank Sampoerna meningkat Rp 2,7 triliun atau sebesar 28,4% menjadi sebesar Rp 12,4 triliun. 


Baca Juga: Penyaluran Kredit Bank Sampoerna Naik 25% di Semester I-2023

“strategi ekspansi kredit Bank Sampoerna dilakukan dengan memprioritaskan pengelolaan risiko secara efektif dan pengawasan secara ketat untuk memastikan kualitas aset yang optimal,” ujar Henky dalam keterangan resminya, Kamis (9/11).

Meski demikian, dominasi sektor UMKM yang dimiliki dalam portofolio kreditnya membuat rasio kredit bermasalah (NPL) Bank Sampoerna sedikit naik. Secara historis, sektor UMKM memang memiliki tingkat rasio kredit bermasalah relatif tinggi, 

Rasio NPL bruto Bank Sampoerna per akhir September 2023 tetap terjaga pada level 3,60% dengan NPL neto sebesar 1,9%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu dengan NPL bruto di level 2,80% dan NPL neto di level 1,20%.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Meningkat, Likuiditas Perbankan Semakin Ketat

Oleh karenanya, Bank Sampoerna juga membukukan cadangan penurunan nilai kredit senilai Rp 361 miliar yang meningkat 7,2% dibandingkan cadangan pada tahun sebelumnya. 

Henky memandang pencadangan yang mencapai 88,7% dari total kredit bermasalah ini memadai. Terlebih,i jumlah kredit yang direstrukturisasi telah terus berkurang sejalan dengan pemulihan kondisi ekonomi selepas pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .