Bank selamatkan Rp 3,14 miliar dari penipuan via SMS



JAKARTA. Langkah perbankan untuk melindungi nasabah dari penipuan berkedok pesan singkat (SMS) di telepon seluler membuahkan hasil. Catatan Bank Indonesia, sepanjang Oktober hingga Desember 2011 jumlah dana nasabah yang dapat diselamatkan mencapai Rp 3,14 miliar. Rinciannya, pada Oktober 2011 jumlah dana nasabah yang dapat diselamatkan sebanyak Rp 1,56 miliar, November 2011 sebanyak Rp 749,9 juta dan Desember 2011 sebanyak Rp 828,5 juta. Ketua Tim Mediasi Perbankan BI Sondang Martha Samosir memaparkan sejak Oktober-Desember 2011 tercatat 1.437 laporan penipuan nasabah melalui SMS yang diterima bank. Sementara itu, jumlah rekening yang dilaporkan mencapai 1.084 rekening. Dari jumlah tersebut jumlah rekening yang diblokir mencapai 1.075 rekening. Data tersebut terkumpul dari 12 bank anggota working group mediasi perbankan yang berkomitmen bekerjasama melakukan penanggulangan preventif untuk melindungi nasabah bank dari SMS penipuan. Kedua belas bank tersebut adalah PT Bank Mandiri tbk (BMRI), Tbk Bank BNI (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Mega tbk (MEGA), PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank OCBC NISP tbk (NIPS), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), PT Bank International Indonesia Tbk (BNII), Bank Syariah Mandiri, dan Bank Muamalat.

Beberapa modus penipuan Terkait modus penipuan, Sondang menuturkan selain SMS meminta dikirimkan uang ke nomor rekening tertentu, BI juga menerima laporan adanya modus layanan pemesanan tiket pesawat via SMS. "Awalnya sindikat tersebut menyebarkan info melalui SMS ke no HP masyarakat yang isinya penawaran layanan pemesanan tiket pesawat dengan harga murah," ungkap Sondang, Jumat (6/1). Ia melanjutkan, bila ada masyarakat yang merespon dengan menghubungi no HP tersebut, maka pelaku akan menanyakan tujuan dan tanggal keberangkatan. Kemudian, pelaku meminta masyarakat memberikan informasi nama yang akan tertera di tiket dan menginformasikan kepada calon korban kode booking pesawat. Jika masyarakat melakukan recheck kode booking tersebut ke maskapai penerbangan yang menerbitkannya, memang benar kode tersebut tercatat sesuai dengan nama mereka. Atas dasar kode tersebut pelaku lalu meminta masyarakat melakukan pembayaran via transfer ke rekening bank yang ditunjuk. "Setelah uang ditransfer, sepertinya pelaku akan membatalkan pesanan tiket. Hasilnya, sampai waktu keberangkatan, masyarakat tidak akan pernah dapat tiket yang mereka pesan," ungkap Sondang. Namun, ketika masyarakat melakukan konfirmasi ke nomor pelaku, nomor tersebut sulit dihubungi. Sondang menambahkan, sindikat penipu tersebut juga memiliki website dan diduga masih berupaya mencari korban baru. "Oleh karena itu masyarakat perlu berhati-hati dan tidak tergiur dengan tawaran-tawaran yang tidak realistis," pesan Sondang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: