KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank besar di Tanah Air semakin efisien dalam mengelola operasionalnya sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Itu tercermin dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank yang turun. Berdasarkan data Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BOPO Bank Umum tercatat sebesar 77,55% per Mei 2023, menyusut dari bulan sebelumnya yang sebesar 78,60%, dan menyusut dari tahun 2022 yang sebesar 78,65%. Penurunan BOPO bank besar terdorong oleh kenaikan pendapatan operasional, berkurangnya biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), serta penurunan biaya dana yang cukup signifikan.
Baca Juga: Sepanjang Semester I, Amar Bank Kantongi Laba Bersih Rp 85,04 Miliar PT Bank Central Asia Tbk (BCA) salah satu yang mencatatkan penurunan rasio BOPO cukup tinggi dengan BOPO 44,09%, turun dari 52,38% pada Semester I tahun lalu. PT Bank Mandiri Tbk juga tercatat menjadi bank yang cukup efisien. Per Juni 2023 BOPO bank ini ada di level 54,09%. Sedangkan pada Juni 2022 masih di level 55,30%. BOPO PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) turun dari 68,59% jadi 67,39%, dan Bank CIMB Niaga turun dari 74,67% ke 72,61%. Hera F. Haryn, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA menyampaikan, penurunan BOPO dan CIR sejalan dengan pengelolaan layanan operasional perbankan yang efisien. "Yakni melalui optimalisasi layanan transaksi perbankan digital dan transaksi non tunai, serta penerapan digitalisasi pada proses bisnis internal," kata Hera kepada Kontan.co.id, Rabu (9/8). Total volume transaksi BCA terus tumbuh secara konsisten, mencapai 14,3 miliar di semester I-2023, atau naik 27,2% YoY. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh inovasi yang berkesinambungan di ekosistem multi-channels serta basis nasabah yang terus meningkat. Kanal mobile banking mencatat kenaikan volume transaksi tertinggi, tumbuh sebesar 44,0% YoY. Tahun ini, BCA akan terus melanjutkan investasi digital dan optimis dapat membukukan kenaikan pendapatan dari digitalisasi. Di sisi lain, sejalan dengan pemulihan mobilitas dan perekonomian, BCA memproyeksikan beban operasional akan terus melandai seiring dengan efisiensi yang dilakukan perseroan. Sementara Direktur Keuangan & Strategi BMRI Sigit Prastowo menyebut, penurunan BOPO ini didorong oleh pendapatan operasional perseroan yang tumbuh 12,3% pada semester I-2023 menjadi Rp 66,61 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan OPEX yang tumbuh di kisaran 1,52% secara tahunan. "Hal tersebut mencerminkan pertumbuhan bisnis Bank Mandiri yang solid, dan dapat diimbangi dengan kualitas kredit yang terjaga serta pengelolaan biaya operasional yang semakin efektif," ujarnya. Sebagai upaya menjaga rasio BOPO tetap berada di level yang optimal, Bank Mandiri akan terus mendorong pertumbuhan revenue dengan tetap mengedepankan kualitas. Selain itu, juga terus mengedepankan efektifitas biaya antara lain melalui pendalaman digital offering pada Livin dan Kopra untuk meningkatkan economies of scale, serta memprioritaskan pengeluaran yang lebih berdampak pada pertumbuhan bisnis. Adapun Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menjelaskan, BOPO terus melandai karena efisiensi biaya dan juga asset quality yang membaik sehingga pencadangan tidak mengecil. Selain itu juga karena CIR yang turun ke 43,3% sehingga berada di liga efisiensi yang bagus. "Juga efisiensi karena peningkatan digitalisasi. Terlihat nilai trans lewat digital OctoMobile dan OctoClicks secara yoy naik 92%, dimana ongkos transaksi digital jauh lebih murah," imbuhnya. Pengamat Perbankan Arianto Mudito menilai, secara umum penurunan BOPO lebih banyak dikontribusikan pada penurunan biaya overhead yang dimungkinkan berasal dari efisiensi operasional, adopsi teknologi digital, dan strategic sourcing.
Baca Juga: Sejumlah Fintech Lending Siapkan Strategi Guna Menekan Rasio BOPO "Pengembangan digitalisasi memberikan dampak positif pada efisiensi operasional dan mampu menurunkan biaya overhead secara signifikan. Digitalisasi juga mampu meningkatkan produktivitas, salah satunya adalah mempercepat proses customer onboarding," ucapnya. Dengan posisi BOPO di bulan Mei 2023 sebesar 77,55% yang tidak berbeda jauh dari posisi Desember 2022 di 78,65%, Arianto memperkirakan hingga akhir tahun BOPO perbankan akan berada pada kisaran 77%-80%.
Arianto mengatakan, bank dapat menurunkan BOPO dengan 2 cara, yaitu dengan atau tanpa transformasi digital. Dengan transformasi digital misalnya melalui pengembangan platform digital yang dapat mengurangi kebutuhan infrastruktur fisik, pemanfaatan analitik data untuk optimalisasi upaya penjualan/pemasaran, dan pengembangan saluran digital untuk mengurangi biaya operasional. Sedangkan tanpa transformasi digital diantaranya dengan peninjauan kembali proses internal untuk menghilangkan ketidak-efisienan, pengendalian biaya untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan beban yang tidak perlu. "Serta peningkatan investasi program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan agar karyawan lebih terampil dalam menangani tugas secara lebih efisien yang pada akhirnya dapat mengurangi kebutuhan sumber daya tambahan," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi