Bank sentral AS sulit kerek suku bunga



NEW YORK. Pertemuan tahunan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) di Jackson Hole pada akhir pekan lalu mengisyaratkan sulit untuk menaikkan suku bunga acuan. Sebab, pasar tenaga kerja AS masih belum benar-benar membaik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Janet Yellen, Ketua The Federal Reserve (The Fed) berargumen bahwa kesehatan pasar tenaga kerja harus bergantung terhadap indikator tingkat pengangguran utama. 

Di AS, angka pengangguran mencapai 6,2%. Sedangkan di kawasan Uni Eropa, tingkat pengangguran bisa mencapai 11,5%. Ekonomi 18 negara di kawasan Uni Eropa stagnan di kuartal kedua lalu. Di Kanada, tingkat pengangguran mencapai 7%.


"Pasar tenaga kerja AS masih belum sepenuhnya pulih dari resesi terburuk," ujar Yellen mengutip Bloomberg.

Pada pertemuan tersebut, terjadi perbedaan pendapat tentang suku bunga acuan. James Bullard, Presiden The Fed negara bagian St Louis mengatakan, kebijakan moneter kemungkinan diperketat lebih awal. 

Sedangkan, Esther George, Presiden The Fed Kansas City menyatakan, kenaikan angka lapangan kerja menunjukkan ekonomi AS cukup kuat untuk menahan suku bunga yang lebih tinggi. 

Sementara, Charles Plosser, Presiden The Fed Philadelphia lebih memilih The Fed menaikkan suku bunga lebih awal dan bertahap ketimbang harus melakukannya dengan cepat dalam sekali waktu. 

Pada saat yang sama, Dennis Lockhart, Presiden The Fed Atlanta lebih memilih The Fed menaikkan suku bunga acuan di pertengahan tahun depan. "Kesimpulan tentang penguatan ekonomi harus dilihat sebagai sesuatu yang tentatif," kata Dennis.

Perbedaan kebijakan

The Fed dan Bank of England akan mengetatkan kebijakan dalam waktu satu tahun mendatang sebagai tanda bahwa perekonomian menguat. Sebaliknya, Mario Draghi, Presiden European Central Bank dan Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank mengakui terpaksa harus menyebarkan stimulus baru. 

Pernyataan Mario Draghi semakin memperkuat spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa akan menurunkan suku bunga ke rekor terendah dan menambah kredit murah bagi perbankan. 

Walau demikian, Draghi tetap menyatakan keyakinannya bahwa paket stimulus yang diluncurkan akan berhasil. Sedangkan, Kuroda mengatakan pada wartawan bahwa Jepang akan mempertahankan kebijakannya sampai stabilitas harga tercapai dan inflansi mengendur.       

Editor: Fitri Arifenie