Bank Sentral Bergabung Cairkan Likuiditas



JAKARTA. Mengeringnya likuiditas mendorong bank sentral besar dunia memompa dana agar pasar finansial tetap berdenyut. The Federal Reserve meningkatkan jumlah dolar yang tersedia untuk fasilitas swap-nya, dan boleh diakses oleh sejumlah bank sentral dunia. Dana itu kini berlipat empat, dari yang sebelumnya US$ 67 miliar, menjadi  US$ 247 miliar.

Langkah ini untuk mengatasi kekurangan dolar di pasar. "Investor tak percaya pada bank," ujar Jim O'Neill, Chief Economist Goldman Sachs Group Inc.. Mereka pun mencari aman dan memindahkan dolarnya ke dalam instrumen emas dan surat utang negara.

Dalam kesepakatan baru itu, bank sentral Eropa (ECB) menggandakan jumlah dolar dari Fed menjadi US$ 110 miliar. Bank sentral Swiss mendapat jatah US$ 27 miliar. Adapun bank sentral Jepang, Inggris, dan Canada, masing-masing beroleh US$ 60 miliar, US$ 40 miliar, dan US$ 10 miliar. Tiap bank sentral bisa melelang dolar ini dalam pasarnya sendiri.


ECB, bank sentral Inggris, dan Swiss telah menyalurkan total US$ 64 miliar, Kamis (18/9). Sedang Di hari yang sama, The Fed juga menyuntikkan US$ 50 miliar ke dalam sistem perbankannya. Bank-bank sentral global memang gencar membanjiri pasar dengan likuiditas. Sejak bangkrutnya Lehman Brothers Inc., bank sentral telah mengucurkan lebih dari US$ 200 miliar lewat operasi pasarnya.

Berhasilkah upaya ini? Dengan kesepakatan yang terakhir tadi, pasar bereaksi positif. Selain bursa global sedikit membaik, kondisi pasar uang juga lebih tenang. Kamis (18/7), biaya pinjaman overnight dolar AS turun ke 3,84% dari 5,03% di hari sebelumnya.

Berbeda dengan situasi dunia, di Indonesia likuiditas seret lebih karena Departemen Keuangan tak efektif merealisasikan anggaran. Dana yang parkir di Bank Indonesia pun sudah sebesar Rp 120 triliun. Kepala Ekonom BNI Tony Prastiantono menilai, BI dan Depkeu harus segera mencairkan dana. "Obatnya krisis ekonomi adalah likuiditas," tegasnya.

Di luar itu, suntikan dana bank sentral global tadi berdampak positif bagi bursa kita. IHSG menguat 1% kemarin. "Indeks Asia akan bergerak seturut ekonomi AS. Sebab AS masih menguasai 30% finansial global," jelas pasar modal Felix Sindhunata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test