BANGKOK. Bank sentral beberapa negara berkembang harus bergulat dengan banjir dana panas. Jika tidak dijinakkan, arus dana asing tersebut bisa berdampak negatif. Seperti meningkatkan inflasi dan membuat nilai tukar terus menguat sehingga pendapatan ekspor melorot. Sejak krisis finansial 2008 merebak, negara-negara maju melonggarkan kebijakan moneter untuk mendongkrak perekonomian yang lesu. Salah satu kebijakan mereka adalah mempertahankan suku bunga di level rendah, bahkan ada yang nyaris menyentuh 0%. Tentu saja, ini menguak kesempatan bagi para investor di negara maju memanfaatkan pinjaman berbunga murah untuk ditanam di lahan yang memberikan imbal hasil (yield) lebih tinggi. Contohnya, di negara berkembang (emerging market) yang mengenakan suku bunga acuan di atas 3%.
Bank sentral hadapi dilema
BANGKOK. Bank sentral beberapa negara berkembang harus bergulat dengan banjir dana panas. Jika tidak dijinakkan, arus dana asing tersebut bisa berdampak negatif. Seperti meningkatkan inflasi dan membuat nilai tukar terus menguat sehingga pendapatan ekspor melorot. Sejak krisis finansial 2008 merebak, negara-negara maju melonggarkan kebijakan moneter untuk mendongkrak perekonomian yang lesu. Salah satu kebijakan mereka adalah mempertahankan suku bunga di level rendah, bahkan ada yang nyaris menyentuh 0%. Tentu saja, ini menguak kesempatan bagi para investor di negara maju memanfaatkan pinjaman berbunga murah untuk ditanam di lahan yang memberikan imbal hasil (yield) lebih tinggi. Contohnya, di negara berkembang (emerging market) yang mengenakan suku bunga acuan di atas 3%.