NEW DELHI. Belum sebulan menjabat sebagai Reserve Bank of India (RBI) atau Gubernur Bank Sentral India, Raghuram Rajan langsung membuat gebrakan baru. Pria yang baru menduduki jabatannya pada 4 September 2013 itu, mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan RBI sebesar 25 basis poin, dari 7,25% menjadi 7,50%. Awal pekan ini, pemerintah India mengumumkan bahwa laju inflasi tahunan India mencapai 6,1%, level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
"Untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang lebih dapat ditoleransi, mensyaratkan adanya kenaikan suku bunga 25 basis poin," kata Rajan, Jumat (20/9). Rajan, yang kini berusia 50 tahun, sebelumnya diramalkan para pakar ekonomi negara itu tidak akan mengubah tingkat suku bunga RBI, meski ekonomi India tertekan laju inflasi. "Kenaikan suku bunga acuan tidak terduga. Gubernur jelas khawatir dengan laju inflasi. Dia mengatakan situasi internasional yang membaik akan mengatasi masalah defisit transaksi berjalan dan fokus RBI akan bergeser pada masalah defisit fikal dan inflasi," kata Anjali Verma, Kepala Ekonom di PhillipCapital. Indeks saham utama India turun tajam setelah pengumuman untuk perdagangan 2,6% lebih rendah, sementara rupee memperpanjang kerugian sebelumnya untuk perdagangan di 62,32 terhadap dolar. Ekonomi India telah terluka oleh berbagai faktor dalam beberapa bulan terakhir. Tingkat pertumbuhannya telah terpukul oleh perlambatan di sektor-sektor utama seperti pertambangan dan manufaktur.
Usai RBI mengumumkan kenaikan suku bunga acuan, indeks bursa saham India merosot tajam, di mana perdagangan turun 2,6%. Sementara nilai mata uang rupee memperpanjang pelemahannya terhadap dollar yang diperdagangkan 62,32 rupee per dollar Amerika Serikat (AS). Dalam beberapa bulan terakhir, pertumbuhan ekonomi negeri Tajmahal itu terganggu oleh berbagai faktor. Salah satunya dipicu oleh perlambatan di sektor-sektor utama seperti pertambangan dan manufaktur. Pada saat yang sama, investor asing menarik dananya dari India karena pemerintah setempat dianggap gagal menegakkan janji reformasi. Di sisi lain, membaiknya situasi ekonomi di AS turut berperan memperburuk kondisi ekonomi India.
Editor: Dikky Setiawan