Bank sentral menggertak spekulan



JAKARTA. Cukup!!! Inilah sinyal peringatan dari Bank Indonesia (BI) terhadap para spekulan agar tak mencoba mengerek lagi dollar AS ke level di atas Rp 13.000.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan, posisi rupiah saat ini sudah sepadan dengan fundamental ekonomi Indonesia. Orang nomor satu BI ini merujuk posisi Real Effective Exchange Rate (REER). "REER rupiah sudah membaik," tandas Agus, kemarin petang.

REER adalah indeks yang mengukur tingkat daya saing ekspor melalui nilai tukar. Gubernur BI menegaskan, “REER rupiah sudah menunjukkan tingkat fundamental yang sesungguhnya.”


Penegasan Agus ini ibarat gertakan. BI akan mengintervensi rupiah jika melemah dan melewati batas atas yang dikehendaki BI. Jika para spekulan ingin mengerek lagi pasangan USD/IDR ke level lebih tinggi, BI akan menggebuk dengan gerojokan dollar AS.

Sinyal BI ini terasa melegakan. Kemarin rupiah melemah begitu cepat dan membikin jantung dag-dig-dug-der. Sebab, hanya dalam hitungan menit, kurs USD/IDR menembus level 13.200, bahkan menyenggol 13.254 di pasar spot.

Sementara menurut kurs tengah BI, rupiah berakhir di level 13.164 atau terkoreksi sebesar 0,80% dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Adapun sejak awal tahun hingga kemarin (11/3), rupiah telah turun 5,5%.

Pelemahan rupiah yang amat dalam jelas membawa banyak mudarat. Mulai dari beban utang naik, hingga lonjakan harga terigu, jagung dan kedelai impor.

Rupiah yang lemah juga mengerek credit default swap (CDS) Indonesia. Selasa (10/3), Bloomberg mencatat, CDS Indonesia tenor 5 tahun di level 160,18, naik sebesar 11,68 bps dibandingkan sebelumnya. CDS Indonesia tenor 10 tahun pada 10 Maret 2015 di angka 239,03, naik 14,47 bps dari sebelumnya.

CDS adalah salah satu ukuran yang sering dilihat para spekulan untuk menakar risiko suatu negara. Makin tinggi angkanya, makin tinggi pula risiko investasi suatu negara.

Bisa jadi, jalaran angka CDS  Indonesia terus naik dalam beberapa waktu terakhir, dana asing mulai keluar dari pasar keuangan Indonesia. Sepekan terakhir dana asing senilai Rp 1,8 triliun keluar dari pasar saham. Sementara sekitar Rp 6 triliun dana asing keluar dari surat utang negara, dari Rp 509,32 triliun per awal Maret menjadi Rp 503,87 triliun per 10 Maret 2015.

Tentu saja, upaya BI harus diimbangi langkah konkret pemerintah. Misalnya, menekan angka inflasi, tegas memberangus transaksi berbasis dollar AS di dalam negeri, menahan defisit neraca pembayaran, segera memencet tombol proyek supaya dana segera bergulir, mempercepat penyerapan anggaran negara, hingga realisasi insentif investasi.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro tampaknya sudah mafhum dengan apa yang menjadi PR-nya. "Kami berkomitmen menekan defisit transaksi berjalan di bawah 3%," tandas Bambang.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia