JAKARTA. Jumlah pensiunan yang bertambah setiap tahun menjadi sasaran empuk perbankan untuk memperbesar bisnis mereka. Bank bisa meraup simpanan dana pihak ketiga atau kredit. Tengok saja, Bank Sinar Harapan Bali yang siap fokus pada bisnis kredit pensiunan. Tentunya, setelah bank ini resmi dimiliki tiga BUMN: Bank Mandiri, PT Pos Indonesia dan PT Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen). Sinergi ketiga induk usaha ini akan menguntungkan. Misalnya, Bank Mandiri dapat mengucurkan kredit pensiunan ke nasabah Taspen di berbagai daerah melalui jaringan Pos Indonesia. "Ini bisnis yang potensial," kata Direktur
Retail dan Micro Banking Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, pekan lalu.
Sebelumnya, untuk 20.000 nasabah, Bank Mandiri telah memberikan kredit Rp 1 triliun melalui Pos Indonesia. Melalui Bank Sinar, Bank Mandiri akan menggeber pembiayaan kredit mikro dan simpanan untuk 6.848.725 nasabah pensiunan Taspen. Jumlah ini terdiri dari 4.557.524 nasabah aktif dan 2.291.201 perserta pensiunan. Informasi saja, Bank Sinar yang berpusat di Bali , memiliki tiga jenis kredit mikro, yaitu untuk pengusaha di pasar, pengusaha produktif, serta pengusaha mikro berjenis kredit investasi atau modal kerja dengan kredit sekitar Rp 100 juta. Pada kuartal III-2012, Bank Sinar memiliki aset Rp 1,08 triliun dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 20%. Meskipun modal masih kuat, pertumbuhan bisnisnya terbilang lesu. Kredit misalnya, hanya tumbuh 1% menjadi Rp 624 miliar dari posisi akhir 2011. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8% menjadi Rp 883 miliar. BTPN tak khawatir Wajar Bank Mandiri tergiur. Pembiayaan pensiunan memberi margin besar. Lirik Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN), setiap tahun memperoleh margin bunga bersih (NIM) hingga dua digit. Namun, pemain lama kredit pensiunan ini tak khawatir kedatangan pesaing. "Ini kompetisi biasa terjadi pada setiap bank," kata Direktur Kepatuhan BTPN, Anika Faisal. Dia mengaku, banyak nasabah pensiunan BTPN berasal dari Taspen. Meski Taspen bersinergi dengan Bank Mandiri, BTPN akan membidik nasabah dari instansi lain seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) berbagai kementrian, pegawai swasta dan TNI.
Tahun ini, BTPN membidik pertumbuhan kredit dan DPK sebesar 23%. Fokus pembiayaan masih ke mikro kepada pensiunan. Sayang, Anika belum dapat menyampaikan kinerja BTPN per akhir tahun 2012. BTPN mencatat, pada September 2012 total kredit mencapai Rp 37,08 triliun. Pinjaman yang mengalir ke pensiunan sebesar Rp 27,13 triliun atau naik 24% dibandingkan setahun sebelumnya. Kredit yang mengalir ke segmen mikro sebesar Rp 8,50 triliun atau tumbuh 39%. Sisanya mengalir ke sayriah dan kredit patungan sebesar Rp 1,44 triliun. Rasio NIM mencapai 13,4% dan pendapatan komisi naik 43% menjadi Rp 212 miliar, bukti segmen mikro dan kaum lansia produktif memberi untung. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: