JAKARTA. Manajemen PT Bank Sinarmas Tbk yakin sahamnya akan laku keras dalam penawawaran kepada investor publik atau initial public offering (IPO) yang digelar tanggal 2 Desembe-3 Desember mendatang. Apalagi, proses penjajakan minat kepada investor institusi (bookbuilding) menunjukkan hasil yang memuaskan. Menurut Purwanto, Corporate Secretary Bank Sinarmas, sudah banyak calon investor yang menawar saham Bank Sinarmas di harga Rp 150, kisaran tertinggi yang telah ditetapkan manajemen Bank Sinarmas. Meski tidak mau membeberkan berapa jatah lokal dan asing, ia yakin, sekarang, permintaan yang masuk dalam bookbuilding sudah melebihi target (oversubscribed).Berdasarkan informasi di dalam prospektus IPO-nya, Bank Sinarmas menawarkan sekitar 1,6 milliar saham atau 21,97% di kisaran harga Rp 110 per saham-Rp 150 per saham. Purwanto menjelaskan, harga Rp 150 per saham mencerminkan Price to book Value (PBV) atau rasio harga saham terhadap nilai buku per saham Bank Sinarmas sebesar 7 kali di tahun 2010. Manajemen Bank Sinarmas menargetkan bisa mengantongi dana sekurang-kurangnya Rp 240 milliar dari hajatan ini. Dengan menggunakan dana hasil IPO, Bank Sinarmas akan lebih mudah menggenjot kreditnya. "Semua dana penjualan saham akan kami gunakan untuk ekspansi kredit dan pengembangan unit usaha syariah," katanya. Maklum, setoran modal tambahan itu akan memperkuat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Sinarmas. Per Mei 2010, Loan to Deposit ratio (LDR) atau rasio pengucuran kredit Bank Sinarmas masih 72,18%. Angka ini sedikit di bawah ketentuan BI (PBI no 12/19/PBI 2010) yakni 78%. Untuk menghindari pinalti berupa setoran giro wajib minimum (GWM) tambahan sebesar 0,1% dari kekurangan setiap 1% LDR, tentu saja, Bank Sinarmas harus menggenjot LDR-nya. "Tahun 2011, LDR kami patok minimal sesuai ketentuan BI," kata Purwanto.Bank Sinarmas akan memacu pengucuran kredit ke segmen retail, yakni kalangan UMKM. Selama ini, porsi kredit UMKM mencapai sekitar 50% dari portoflo kredit Bank Sinamras. Sementara sekitar 14% kredit mengucur ke korporasi dan sisanya ke komersial.Untuk mencapai targetnya, bank ini juga berniat menambah kantor cabang untuk memantapkan penestrasinya ke wilayah Jawa dan Sumatera. Akhir tahun ini, Bank Sinarmas akan memiliki 118 kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Di tahun 2011, mereka ingin membuka 55 kantor lagi. Dana waran Selain dari penjualan saham IPO, Bank Sinarmas juga akan meraup dana segar dari konversi waran. Pasalnya, setiap pembeli lima saham IPO akan mendapatkan enam waran. Nah, jika investor mengeksekusi hak membeli saham yang melekat di waran itu, Bank Sinarmas akan kembali memperoleh dana segar. Kelak, mereka akan menggunakan dana itu untuk menutup kebutuhan modal kerja. Purwanto menambahkan, tahun depan, Bank Sinarmas menargekan, CAR bisa mencapai 15%. Menurut Michael Hadisurya, analis Valbury Asia Securities, jika dibandingkah saham bank lain yang memiliki asset yang kurang lebih sama besar, PBV sinarmas masih cukup rendah. Dalam hitungannya, dengan menggunakan data per Mei 2010 dan data bank pembanding per Juni 2010, PBV Sinarmas masih 1-1,28 kali. Sementara PBV Bank Mayapada (MAYA) 0,92 kali dan PBV Bank Victoria (BVIC) 3,29 kali."Hal yang kurang menarik dari Sinarmas, mereka tidak akan membagikan deviden hingga 2013," kata Michael. Untuk jangka pendek, dengan adanya bonus waran saham itu, Michael merekomendasikan trading buy. Rekomendasi serupa disampaikan Isfhan Helmy Arsyad, Analis Waterfront Securities. Ia menilai, bisnis Sinarmas menarik karena fokus mereka banyak di sektor ritel. selain itu, pendapatan non bunga atau fee based income Bank Sinarmas cukup besar. Dukungan bancassurance juga membuat laba Sinarmas terus meningkat. Per September 2010, laba bersih bank ini mencapai Rp 105,550 milliar. Padahal, tahun lalu, laba bersih Sinarmas hanya Rp 48,77 milliar. Manajemen pun berani menargetkan, laba bersih di tahun berikutnya setelah IPO akan meningkat 54%. Isfhan merekomendasikan beli. Sebab, dengan asumsi harga Rp 150 per saham, PER Bank Sinarmas baru 11x. "PER Bank Mayapada 22x, dan industri rata-rata 20 kali," katanya.Nama besar Sinarmas memang merupakan modal besar bank ini. Apalagi, grup Sinarmas pernah sukses membesarkan Bank Internasional Indonesia Tbk (BII). "Kami sudah membuktikan diri dan sudah bersih dari masalah setelah kami merelakan BII," kata Purwanto.Sebelum gonjang-ganjing masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Grup Sinarmas memiliki BII sejak 15 Mei 1959. Setelah melepas BII ke Badan Penyehatan Penyehatan Perbankan Nasional, Sinarmas tidak kemudian menghilang dari bisnis perbankan. Pada 2005, gurita bisnis milik Eka Tjipta ini membeli bank Shinta seharga Rp 84 milliar. Bank kecil yang berdiri di tahun 1989 ini kemudian berubah namanya menjadi Bank Sinarmas pada tahun 2006.Sejak tahun 2006, bank Sinarmas terus dikembangkan oleh Sinarmas Multi Artha (SMMA) yang memiliki 90,26% saham. Tahun ini, Bank Sinarmas akan menyusul Sinarmas Multi Artha untuk go public.
Bank Sinarmas optimistis sahamnya laku Keras
JAKARTA. Manajemen PT Bank Sinarmas Tbk yakin sahamnya akan laku keras dalam penawawaran kepada investor publik atau initial public offering (IPO) yang digelar tanggal 2 Desembe-3 Desember mendatang. Apalagi, proses penjajakan minat kepada investor institusi (bookbuilding) menunjukkan hasil yang memuaskan. Menurut Purwanto, Corporate Secretary Bank Sinarmas, sudah banyak calon investor yang menawar saham Bank Sinarmas di harga Rp 150, kisaran tertinggi yang telah ditetapkan manajemen Bank Sinarmas. Meski tidak mau membeberkan berapa jatah lokal dan asing, ia yakin, sekarang, permintaan yang masuk dalam bookbuilding sudah melebihi target (oversubscribed).Berdasarkan informasi di dalam prospektus IPO-nya, Bank Sinarmas menawarkan sekitar 1,6 milliar saham atau 21,97% di kisaran harga Rp 110 per saham-Rp 150 per saham. Purwanto menjelaskan, harga Rp 150 per saham mencerminkan Price to book Value (PBV) atau rasio harga saham terhadap nilai buku per saham Bank Sinarmas sebesar 7 kali di tahun 2010. Manajemen Bank Sinarmas menargetkan bisa mengantongi dana sekurang-kurangnya Rp 240 milliar dari hajatan ini. Dengan menggunakan dana hasil IPO, Bank Sinarmas akan lebih mudah menggenjot kreditnya. "Semua dana penjualan saham akan kami gunakan untuk ekspansi kredit dan pengembangan unit usaha syariah," katanya. Maklum, setoran modal tambahan itu akan memperkuat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Sinarmas. Per Mei 2010, Loan to Deposit ratio (LDR) atau rasio pengucuran kredit Bank Sinarmas masih 72,18%. Angka ini sedikit di bawah ketentuan BI (PBI no 12/19/PBI 2010) yakni 78%. Untuk menghindari pinalti berupa setoran giro wajib minimum (GWM) tambahan sebesar 0,1% dari kekurangan setiap 1% LDR, tentu saja, Bank Sinarmas harus menggenjot LDR-nya. "Tahun 2011, LDR kami patok minimal sesuai ketentuan BI," kata Purwanto.Bank Sinarmas akan memacu pengucuran kredit ke segmen retail, yakni kalangan UMKM. Selama ini, porsi kredit UMKM mencapai sekitar 50% dari portoflo kredit Bank Sinamras. Sementara sekitar 14% kredit mengucur ke korporasi dan sisanya ke komersial.Untuk mencapai targetnya, bank ini juga berniat menambah kantor cabang untuk memantapkan penestrasinya ke wilayah Jawa dan Sumatera. Akhir tahun ini, Bank Sinarmas akan memiliki 118 kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Di tahun 2011, mereka ingin membuka 55 kantor lagi. Dana waran Selain dari penjualan saham IPO, Bank Sinarmas juga akan meraup dana segar dari konversi waran. Pasalnya, setiap pembeli lima saham IPO akan mendapatkan enam waran. Nah, jika investor mengeksekusi hak membeli saham yang melekat di waran itu, Bank Sinarmas akan kembali memperoleh dana segar. Kelak, mereka akan menggunakan dana itu untuk menutup kebutuhan modal kerja. Purwanto menambahkan, tahun depan, Bank Sinarmas menargekan, CAR bisa mencapai 15%. Menurut Michael Hadisurya, analis Valbury Asia Securities, jika dibandingkah saham bank lain yang memiliki asset yang kurang lebih sama besar, PBV sinarmas masih cukup rendah. Dalam hitungannya, dengan menggunakan data per Mei 2010 dan data bank pembanding per Juni 2010, PBV Sinarmas masih 1-1,28 kali. Sementara PBV Bank Mayapada (MAYA) 0,92 kali dan PBV Bank Victoria (BVIC) 3,29 kali."Hal yang kurang menarik dari Sinarmas, mereka tidak akan membagikan deviden hingga 2013," kata Michael. Untuk jangka pendek, dengan adanya bonus waran saham itu, Michael merekomendasikan trading buy. Rekomendasi serupa disampaikan Isfhan Helmy Arsyad, Analis Waterfront Securities. Ia menilai, bisnis Sinarmas menarik karena fokus mereka banyak di sektor ritel. selain itu, pendapatan non bunga atau fee based income Bank Sinarmas cukup besar. Dukungan bancassurance juga membuat laba Sinarmas terus meningkat. Per September 2010, laba bersih bank ini mencapai Rp 105,550 milliar. Padahal, tahun lalu, laba bersih Sinarmas hanya Rp 48,77 milliar. Manajemen pun berani menargetkan, laba bersih di tahun berikutnya setelah IPO akan meningkat 54%. Isfhan merekomendasikan beli. Sebab, dengan asumsi harga Rp 150 per saham, PER Bank Sinarmas baru 11x. "PER Bank Mayapada 22x, dan industri rata-rata 20 kali," katanya.Nama besar Sinarmas memang merupakan modal besar bank ini. Apalagi, grup Sinarmas pernah sukses membesarkan Bank Internasional Indonesia Tbk (BII). "Kami sudah membuktikan diri dan sudah bersih dari masalah setelah kami merelakan BII," kata Purwanto.Sebelum gonjang-ganjing masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Grup Sinarmas memiliki BII sejak 15 Mei 1959. Setelah melepas BII ke Badan Penyehatan Penyehatan Perbankan Nasional, Sinarmas tidak kemudian menghilang dari bisnis perbankan. Pada 2005, gurita bisnis milik Eka Tjipta ini membeli bank Shinta seharga Rp 84 milliar. Bank kecil yang berdiri di tahun 1989 ini kemudian berubah namanya menjadi Bank Sinarmas pada tahun 2006.Sejak tahun 2006, bank Sinarmas terus dikembangkan oleh Sinarmas Multi Artha (SMMA) yang memiliki 90,26% saham. Tahun ini, Bank Sinarmas akan menyusul Sinarmas Multi Artha untuk go public.