KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank swasta berhasil mencatat perbaikan rasio
non performing loan (NPL) pada 2018. Perbaikan ini tercermin dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjukkan posisi NPL bank umum swasta nasional (BUSN) berada di posisi 2,57%, atau turun 17 basis poin (bps) dibandingkan NPL 2017 yang 2,74%. Perbaikan NPL tersebut tidak terlepas dari upaya sejumlah bank swasta untuk membenahi kualitas aset. Beberapa langkah yang dilakukan guna menekan laju NPL seperti merestrukturisasi kredit dan
write off kredit bermasalah. Salah satu bank yang berhasil menekan laju NPL hingga berada di level stabil adalah PT Bank OCBC
NISP Tbk. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan sepanjang tahun lalu pihaknya sudah melakukan restrukturisasi kredit sebesar Rp 2,5 triliun.
Bila merujuk laporan keuangan tahun lalu, jumlah kredit yang direstrukturisasi oleh perseroan mencapai Rp 2,45 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sempat menyentuh Rp 3,04 triliun atau susut 19,3%. Mayoritas dari kredit yang direstrukturisasi tersebut diberikan perpanjangan jangka waktu kredit dan penurunan suku bunga. Tidak berhenti di situ,
write off perseroan di tahun lalu juga sudah mencapai Rp 631 miliar. Bila merinci laporan keuangan perseroan, mayoritas kredit yang dihapuskan atau
write off berjenis kredit konsumsi atau sebanyak Rp 410,21 miliar yang disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp 201,81 miliar sementara sisanya kredit investasi. Jumlah
write off OCBC di tahun 2018 terpantau lebih tinggi dibandingkan setahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 254,88 miliar. Berkat upaya perbaikan NPL ini, bank bersandi bursa NISP ini mengatakan posisi
loan at risk perseroan sejauh ini mampu terjaga di posisi 3%. Tahun ini, NISP berupaya menjaga rasio NPL stabil di posisi 1,7%. Tahun lalu NPL
gross perseroan berada di level 1,7% membaik dari tahun sebelumnya 1,8%. Adapun NPL
net relatif stabil di posisi 0,8%. "Kami melihat 2019 risiko kredit masih menjadi fokus, kami melihat pasca pemilu akan membaik. Kami tidak seoptimis NPL akan turun banyak tapi paling tidak di level stabil," ujar Parwati di Jakarta, Selasa (9/4). Berbeda dengan OCBC NISP, PT Bank Mayapada Internasional Tbk (
MAYA) justru mengaku kalau di tahun lalu pihaknya belum melakukan restrukturisasi. Meski begitu, bila ditelusuri dalam laporan keuangan di 2018, Bank Mayapada terpantau melakukan penghapusbukuan dengan nilai mencapai Rp 1,6 miliar sepanjang tahun lalu. Walau begitu, jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan periode tahun sebelumnya dengan jumlah
write off mencapai Rp 5,29 miliar.
Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengatakan, alasan belum banyaknya restrukturisasi dan
write off kredit bermasalah perseroan disebabkan kemampuan membayar nasabah untuk memenuhi kewajiban kredit dinilai perusahaan masih cukup. Di sisi lain, Haryono meyakini ekonomi di tahun 2019 cenderung akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. "Sementara ini belum ada yang direstrukturisasi maupun
write off. Diharapkan tren kualitas kredit terus membaik tahun ini," ungkapnya. Tahun ini, bank milik taipan Dato Sri Tahir tersebut mematok rasio NPL net dapat berada di bawah 3%. Sebab, sampai dengan kuartal I 2019 rasio NPL sudah menyentuh 3% alias membaik dari akhir tahun 3,26%. Adapun, di 2018 NPL
gross Bank Mayapada terbilang tinggi mencapai 5,54% walau membaik dari tahun sebelumnya 5,65%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli