Bank syariah catatkan perbaikan rasio pembiayaan bermasalah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah terus berupaya menjaga kualitas asetnya. Sepanjang kuartal I 2019, sebagian besar bank berhasil mencatatkan perbaikan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance (NPF).

PT Bank Syariah Mandiri, salah satu bank yang sukses mencatatkan perbaikan kualitas aset. NPF perseroan sudah mendekati 3% di triwulan I 2019, turun dari level 3,8% pada Desember 2018.

"NPF kami masih sedikit di atas 3% dan ini cukup merata di semua sektor. Namun, yang tertinggi ada di pembiayaan-pembiayaan yang sudah lama salah satunya di sektor pertambangan." jelas Direktur Bank Syariah Mandiri Putu Rahwidhiyasa pada Kontan.co.id, Jumat (3/5).


Tahun ini, Bank Syariah Mandiri menargetkan akan menjaga NPF di sekitar 2,5%- 2,75%. Guna mencapai itu, perseroan akan selektif dalam melakukan pembiayaan baru, melakukan penagihan yang kuat dan menstrukturisasi kredit yang sudah bermasalah.

Putu menambahkan, perseroan sudah lebih fokus dalam menjalankan bisnis. Sejak dua tahun terakhir, Bank Syariah Mandiri memfokuskan diri melakukan pembiayaan di sektor pendidikan, kesehatan, serta infrastruktur dan supply chain. Strategi ini diyakini bisa memperbaiki NPF.

"Kalau terlalu banyak sektor maka SDM yang diperlukan harus banyak karena sebelum melakukan pembiayaan kami harus mempelajari bisnis sektor yang dilayani. Dengan SDM yang ada sekarang lebih baik fokus di sektor yang prospektif saja sehingga kita bisa menjaga kualitas aset dengan lebih baik." jelas Putu.

Perbaikan NPF tersebut dilakukan Bank Syariah Mandiri di tengah pertumbuhan pembiayaan. Kuartal I, perseroan berhasil mencatatkan pembiayaan tumbuh dua digit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

BNI Syariah juga berhasil mencatatkan perbaikan rasio pembiayaan bermasalah. NPF Gross BNI peseroan per Maret 2019 berada di level 2,9%, turun 28 basis poin dibandingkan periode sama 2018. Sedangkan NPF Nett ada di level 1,65% turun dari 1,67% dari triwulan pertama tahun lalu.

Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah, Dhias Widhiyati mengatakan, perbaikan NPF tersebut berhasil dilakukan sejalan dengan strategi yang sudah diimpelementasikan di antaranya melakukan restrukturisasi pembiayaan nasabah, membentuk sentra collection, dan melakukan ekspansi pembiayaan yang lebih selektif terutama kepada sektor ekonomi yang memiliki risiko rendah.

Ke depan, BNI Syariah akan terus berupaya memperbaiki kualitas asetnya. Adapun strategi yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembiayaan antara lain; melakukan perbaikan proses analisa hingga pemberian pembiayaan, fokus ekspansi pada nasabah pembiayaan yang memiliki kemampuan dan tingkat risiko rendah serta track record pembiayaan yang baik,

Serta meningkatkan pemantauan dan kualitas monitoring pembiayaan melalui traffic light dan penentuan nasabah watchlist.

Tak ketinggalan, PT BCA Syariah juga melakukan hal yang sama. NPF gross perseroan di triwulan pertama tahun ini terjaga di level 0,48%, menurun dari 0,53% dari periode yang sama tahun lalu. Namun, NPF net naik tipis dari 0,41% menjadi 0,42%.

Adapun PT BRI Syariah Tbk (BRIS) mengalami perbaikan NPL net dari 0,86% per Maret tahun lalu menjadi 0,43% pada akhir Maret 2019. Hanya saja NPL gross perseroan sedikit naik dari 4,1% menjadi 4,34%.

Perbaikan NPL net berhasil dilakukan di tengah pertumbuhan pembiayaan. BRIS mencatatkan pembiayaan sebesar Rp 22,6 miliar pada kuartal I, tumbuh 16,35% dari periode yang sama tahun lalu. Ke depan, bank ini akan terus berkomitmen untuk memperbaiki rasio NPF sampai akhir tahun.

Direktur Utama PT BRI Syariah Tbk Ngatari mengatakan pembiayaan BRI Syariah pada triwulan pertama didominasi oleh segmen komersial, dengan memprioritaskan BUMN dengan pertimbangan faktor risiko yang lebih kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto