Bank syariah gunakan belanja modal untuk perkuat IT dan jaringan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Umum Syariah (BUS) mencanangkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk ekspansi jaringan dan penguatan teknologi. Ambil contoh PT BNI Syariah yang mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 380 miliar sepanjang 2018.

"Belanja modal kami hingga 30 Juni 2018 ini sudah terserap hingga 27% dari bujet belanja modal di sekitar Rp 380 miliar. Belanja modal ini diambil dari laba tahun lalu atau dari kas internal bank," ujar Senior Executive Vice President (SEVP) Financing and Operation BNI Syariah Wahyu Avianto, Kamis (26/7).

Wahyu bilang belanja modal tersebut akan digunakan untuk mengembangkan jaringan terutama untuk relokasi maupun memperpanjang kontrak kantor cabang. Selain itu, belanja modal juga juga digunakan untuk penguatan teknologi terutama server IT dan data center.


"Kantor BNI Syariah itu banyak dikontrak pada tahun 2012, sehingga saat ini masih di-review apakah akan memperpanjang sewa kontrak atau melakukan relokasi. Terdapat 40-50 titik kantor jaringan di seluruh Indonesia terkait hal ini," ujar Wahyu. 

Asal tahu saja per Juni 2018 jumlah kantor BNI Syariah sebanyak 277 outlet, target hingga akhir tahun sebanyak 288 outlet.

Wahyu bilang 60% dari belanja modal ini akan digunakan untuk kebutuhan pengembangan jaringan BNI Syariah, sisanya untuk pengembangan IT. Per Juni 2018, sekitar Rp 60 miliar sudah digunakan untuk kebutuhan jaringan dan Rp 50 miliar untuk IT.

Wahyu menyatakan masih minimnya penyerapan belanja modal lantaran BNI Syariah masih mengkaji core banking yang akan diterapkan. Manajemen masih berkeinginan untuk mengitegrasikan sistem teknologi ke induk perusahaan, PT Bank Negara Indonesia Tbk.

Tampaknya BNI Syariah semakin fokus dalam pengembangan IT. Wahyu menuturkan selain belanja modal Rp 380 miliar ini, pihaknya juga menyiapkan dana tambahan pengembangan teknologi sebesar Rp 300 miliar.

"Desember 2017 lalu, induk perusahaan BNI memberikan tambahan modal Rp 1 triliun kepada BNI Syariah. Dana tersebut digunakan untuk ekspansi pembiayaan sebesar Rp 700 miliar dan sisanya Rp 300 miliar untuk tambahan pengembangan teknologi selama dua tahun mendatang," jelas Wahyu.

Keseriusan pengembangan IT oleh BNI Syariah menurut Wahyu lantaran manajemen ingin memenuhi aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait menajemen risiko teknologi informasi perbankan.

Begitupun dengan PT Bank BCA Syariah yang mengalokasikan belanja modal untuk penguatan kapabilitas IT, jaringan, dan layanan. 

Direktur utama BCA Syariah John Kosasih menyatakan sumber dana tersebut dari kas internal perbankan. Namun John tidak merinci besaran dana yang disiapkan.

"Angka dananya terus bergerak karena kami terus pembukaan jaringan kantor. Juga pengembangan IT, kerjasama fintech, pengembangan berbagai aplikasi pintar dan otomasi berbagai area," ujar John Kosasih kepada Kontan.co.id Jumat (27/7).

John menyatakan hingga saat ini kantor jaringan BCA Syariah berjumlah 59 outlet. Hingga akhir tahun, pihaknya menargetkan miliki 69 outlet kantor jaringan.

Nilai investasi setiap kantor jaringan beragam tergantung daerah, jenis kelas cabang, formasi sumber daya manusia. "Kantor kas ada di Rp 250 juta-Rp 1 miliar, KCP Rp 400 juta-Rp 1,5 miliar, dan KCU Rp 750 juta-Rp 3 miliar. Ini sekadar gambaran saja," pungkas John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi